Dengan teknologi yang tepat, sampah
yang tadinya sebagai barang buangan, kotor, berbau, menimbulkan penyakit dan
mencemari lingkungan dapat menjadi barang yang bisa dimanfaatkan dan memiliki
nilai ekonomi tinggi. Sampah anorganik bisa membantu mengembangkan industri
daur ulang (recycling). Kertas bekas akan di daur ulang oleh industri kertas,
sampah plastik dan kaca akan di daur ulang menjadi bahan baku industri,
sedangkan sampah organik dapat mengembangkan industri pengolah kompos menjadi
pupuk organik dan juga dapat diolah menjadi industri energi/industri bahan
bangunan. Volume sampah dikota-kota besar seperti di Jakarta bisa mencapai
24.000 hingga 27.000 meter kubik/hari. Kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya
mampu mengumpulkan dan membuang sekitar 60% dari seluruh produksi sampah.Jenis
sampah dan kandungannya
Pertama, dilihat dari asal zat-zat yang
dikandungnya. Secara garis besar sampah bisa digolongkan ke dalam dua kelompok
yaitu sampah organik yakni sampah yang berasal dari benda-benda atau makhluk
hidup. Contohnya, sisa sayuran, buah-buahan dan daun-daunan. Sampah anorganik,
yakni sampah yang berasal dari benda-benda atau zat-zat mati. Misalnya, kaleng,
plastik, besi, kaca. Berangkal juga bisa dimasukkan dalam kelompok ini. Sampah
jenis ini banyak yang sulit hancur dan sulit diolah. Untuk mengolah sampah ini
memerlukan biaya dan teknologi tinggi. Kedua, dilihat dari sumbernya; sampah
ini bisa dibedakan menjadi tiga macam, yakni sampah rumah tangga adalah sampah
yang dihasilkan dari rumah tangga, sampah industri, meliputi buangan hasil proses
industri, dan sampah makhluk hidup, segala jenis benda buangan dari makhluk
hidup.
Teknologi proses sampah
Sampah yang telah ditimbun pada tempat
pembuangan akhir (TPA) dapat mengalami proses lanjutan. Teknologi yang
digunakan dalam proses lanjutan yang umum adalah pertama; teknologi pembakaran
(incinerator). Teknologi akan menghasilkan produk samping berupa logam bekas
(skrap) dan uap yang dapat dikonservasikan menjadi energi listrik. Keuntungan
lainnya menggunakan teknologi ini menurut Dinas Kebersihan DKI Jakarta adalah,
dapat mengurangi volume sampah sekitar 75% - 80% dari sumber sampah tanpa
proses pemilahan. Abu atau terak dari sisa pembakaran cukup kering dan bebas
dari pembusukan dan bisa langsung dapat dibawa ke tempat penimbunan pada lahan
kosong, rawa ataupun daerah sebagai bahan pengurug. Dan pada instalasi yang
cukup besar dengan kapasitas 300 ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit
listrik sehingga energi listrik sekitar 96.000 MWH/tahun yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan untuk menekan biaya proses. Kedua, teknologi pengomposan
(composting). Pada prinsipnya teknologi pengomposan adalah sebagai berikut,
sampah yang tak lapuh seperti kaca, plastik, besi dan bongkahan beton
disisihkan dan dibuang. Sehingga yang tinggal hanya yang bisa lapuk saja.
Selanjutnya sampah dihancurleburkan menggunakan mesin khusus sampai lumat, agar
proses pembusuksn oleh mikroorganisme dapat berjalan dengan baik, sampah
kemudian ditimbun secara teratur dalam suatu hamparan tertutup yang bisa
diawasi suhu, tingkat kelembaban dan aliran udaranya menggunakan alat khusus.
Perlakuan ini akan membuat proses pembusukan sampah berlangsung optimal.
Walaupun demikian pembusukan bisa dilakukan secara sederhana. Sampah yang telah
digiling cukup dihamparkan begitu saja tertimpa sinar matahari selama beberapa
hari sampai membusuk dengan sempurna. Kompos yang dalam pembuatannya dilapisi
dengan lumpur dasar sungai ternyata hasilnya jauh lebih baik dibandingkan
dengan jika tidak dilapisi dengan lumpur. Proses pembuatan kompos ini biasanya
berlangsung antara 2 hari hingga 6 minggu, tergantung pada cara penangannanya.
Setelah kompos itu “jadi”, segera dikeringkan kemudian digiling. Setelah
dikemas dengan baik, maka kompos siap dipasarkan. Ketiga, teknologi
penimbunan tanah (land fill). Teknologi ini sudah lama dilakukan. Sampah yang
terkumpul dari rumah tangga dan pasar dimanfaatkan untuk menimbun tanah rendah.
Sampah ditimbun begitu saja sampai menggunung, lalu diratakan dan dipadatkan.
Setelah ketinggian mencapi yang diinginkan penimbunan sampah dihentikan.
Sebaiknya yang dimanfaatkan jenis sampah yang tak mudah lapuk saja, seperti
kertas, potongan kayu, potongan besi, kaleng bekas dan sebagainya. Sebab kalau
sampah itu bercampur dengan sampah lapuk yang sangat mudah membusuk akan menimbulkan
bau tidak sedap. Setelah mencapai tinggi tertentu segera ditimbun tanah.
Lapisan tanah ini sedikitnya setebal 60 cm. Pemusnahan dengan cara ini
(sanitary landfill) memang membutuhkan biaya lebih besar, tapi lebih aman dan
tidak merugikan kehidupan masyarakat. Keempat, teknologi daur ulang
(recycling). Sampah-sampah yang kiranya masih bisa diolah kembali, dipungut dan
dikumpulkan. Contohnya adalah kertas, kardus, pecahan kaca, botol bekas,
logam-logam, plastik dan sebagainya. Barang-barang bekas ini bisa dikirim ke
pabrik yang melakukan daur ulang, sehingga barang bekas tadi bisa diolah
menjadi bahan baku, yang dapat menghasilkan produk daur ulang seperti karton,
kardus pembungkus, alat-alat dan perangkat rumah tangga dari plastik dan kaca.
Cara daur ulang kertas, kertas-kertas dikumpulkan secara terpisah dengan
plastik. Lantas dibawa ketempat daur ulang kertas. Kemudian kertas dicampur
dengan air, dipanaskan dan dibuat pulp. Residu tinta dipisahkan untuk
meningkatkan kualitas. Akhirnya dihasilkan kertas daur ulang. Setelah dipotong
dalam ukuran tertentu dan dikemas, kertas sudah bisa dipasarkan kembali.
Manfaat lain sampah
Sampah tidak hanya bisa dimanfaatkan sebagai
kompos untuk pupuk organik, tapi juga bisa diolah menjadi energi bio arang,
biomass dan energi untuk listrik. Lebih jauh sampah dapat dijadikan
barang-barang aksesoris, barang fungsional dan sebagai bahan bangunan.
Pengolahan sampah menjadi energi listrik sudah lazim di banyak negara, tetapi
di Indonesia fasilitas gas dari TPA masih relatif baru. Pada saat ini proyek
untuk menghasilkan energi listrik dari sampah sedang dibangun di Bali. Investor
Inggris, Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI), akan mendirikan instalasi
pengelolaan sampah terpadu sebagai penghasil listrik untuk Denpasar, Badung,
Gianyar dan Tabanan. Proyek ini akan mengolah sampah sebanyak 500 ton per hari
dan menhasilkan listrik 5–8 megawatt. Teknologi yang digunakan adalah teknologi
landfill. Prosesnya, menjadikan biogas yang didapat dari sampah melalui gas
engine dikonservasikan menjadi energi listrik. Mula-mula seluruh sampah
ditimbun dengan tanah, lalu lewat pipa yang dipasang di dalamnya, gas methan
ditangkap dan digunakan untuk mengeringkan sampah. Dengan demikian tumpukan
sampah itu akan mengering. Cairan yang keluar selama proses itu ditampung dan
dikelola dalam instalasi khusus atau water treatment supaya tidak menimbulkan
pencemaran. Untuk sampah yang baru, prosesnya dipilah dulu. Sampah basah
seperti kayu, daun, kertas dicacah dulu, kemudian dimasukkan dalam digester
(pengering) yang nantinya menghasilkan biogas dan kompos. Teknologi ini disebut
Anaerobic Digestion. Sedangkan sampah kering semacam plastik akan diolah dengan
teknologi pirolisis dan gassfication, yakni dengan pemanasan tinggi tanpa
oksigen yang menhasilkan gas dan digunakan untuk menggerakkan turbin. Pemprov
DKI juga berencana menerapkan system waste to energy (WTE), yang akan dibangun
di empat lokasi; Marunda, Pulo Gebang, Ragunan dan Duri Kosambi. Dengan ini
diharapkan sampah di Bantar Gebang bisa berkurang dari 6.250 ton per hari
menjadi 1000 ton. Selain itu, sampah ternyata juga bisa dibuat bahan bangunan,
seperti bata seukuran bata merah, batako, paving block, tegel, teraso dan
genteng.
Proses pembuatan bahan bangunan
1. Proses pembuatan batako, yakni terdiri
dari sampah dan berangkal (puing). Kedua bahan ini harus diolah terlebih
dahulu. Bakar atau hancurkan di incinerator. Bila incinerator tidak ada, proses
pembakaran dapat dilakukan di tempat lain, misalnya di pekarangan atau di dalam
wadah khusus seperti drum. Selain dibakar, sampah juga bisa dicacah
dengan parang atau golok. Pencacahan dilakukan di sebuah wadah khusus, misalnya
di cekungan tanah. Pencacahan tidak sebaik hasil pembakaran dan butuh waktu
lama. Sayangnya ditempat-tempat pembuangan sampah tidak semuanya tersedia
incinerator. Proses penghancuran berangkal dapat dilakukan di sebuah mesin
giling khusus, dapat pula dilakukan secara manual. Penghancuran dengan mesin
giling relatif lebih efisien dan efektif, waktu yang dibutuhka lebih sedikit.
Perbandingan bahan-bahan untuk membuat batako, sampah yang telah dihancurkan
(50%), berangkal yang telah digiling (35%), semen (10%), dan air
secukupnya (5%). Selanjutnya bahan-bahan tadi dicampur dan diaduk-aduk. Adukan
jangan terlalu encer atau kental. Setelah jadi adukan dimasukkan dalam alat
pencetak, ratakan bagian atasnya. Setelah itu keluarkan batako yang sudah jadi
dari alat cetak Untuk membuat lubang-lubang batako, pergunakan pipa besi.
Sebaiknya penususksn dilakukan ketika alat cetak baru berisi separo.
2. Dalam prinsipnya pembuatan bata sama
dengan pembuatan batako. Komposisi perbandingan bahan sama persis dengan
batako. Alat cetak bisa dipakai alat cetak bata merah non sampah.
3. Komposisi bahan yang diperlukan dalam
membuat genteng berbeda dengan komposisi jenis batako. Batako dan bata
menggunakan adukan tipe kasar. Kalau genteng membutuhkan adukan tipe halus
dengan komposisi sebagai berikut, sampah yang dihancurkan (45%), berangkal yang
digiling (30%), semen (20%), dan air secukupnya (5%). Cara pembuatannya,
setelah adukan jadi, kemudian dimasukkan dalam alat cetak genteng.
Sebelumya alat cetak dilapisi oleh plastik dan diolesi solar secara merata di
seluruh permukaan plastik. Padatkan dan ratakan dengan besi atau baja. Haluskan
dengan alat penghalus. Maka gentengpun sudah jadi.
4. Paving block terbuat dari pencampuran dua
tipe adukan, tipe kasar dan tipe halus. Perbandingan kedua tipe ini 1:2. Setiap
satu bagian tipe halus dicampurkan denga dua bagian tipe kasar. Adukan yang
sudah jadi dimasukkan ke dalam alat cetak pukul-pukul biar padat. Ratakan
permukaan dengan limbatan. Cara mengeluarkan paving block dengan bantuan papan.
Balikan alat cetak, tekan alasnya sambil menarik pegangannya.
5. Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan
tegel terdiri dari sampah dan berangkal hancuran, semen biasa, semen putih,
pewarna semen, kapur giling dan air sabun. Khusus untuk sampah dan berangkal
harus dibagi dua, yang kasar dan yang halus. Untuk itu sampah berangkal harus
diayak dengan ayakan ukuran maksimum lubang 2 mm. Pemakaian bahan-bahan tadi
tidak sekaligus tapi dibagi menjadi lima jenis adukan: Adukan ke 1: terdiri
dari sampah dan berangkal halus dan semen biasa dengan komposisi 3 : 1. Aukan
ke 2: terdiri dari sampah dan berangkal kasar dan semen biasa dengan komposisi
5 : 1. Adukan 1 dan 2 digunakan untuk semua jenis tegel. Adukan ke 3:
terdiri dari kapur giling dan semen putih dengan komposisi 2 : 1. Adukan ini
dipakai untuk jenis tegel wavel. Adukan ke 4: terdiri dari semen putih, pewarna
tegel dan air sabun. Setiap 1 kg semen putih membutuhkan air sabun 1 liter
dengan pewararna secukupnya. Adukan ini digunakan untuk membuat tegel wavel dan
kembang. Adukan ke 5: terdiri dari semen biasa, pewarna hitam dan air sabun.
Setiap 1 kg semen biasa membutuhkan air sabun 3 liter dengan pewarna hitam
secukupnya. Adukan ini digunakan untuk membuat tegel kembang dan polos.
Kemudian masukkan ke alat cetak yang terlebih dulu dilapisi dengan plastik yang
diolesi solar. Untuk membuat tegel polos prosesnya paling sederhana. Masukkan
adukan kelima setebal 4 mm. Ini untuk bagian kepala. Kemudian diikuti adukan
kesatu juga setebal 4 mm. Lalu masukkan adukan kedua setebal 25 mm. Ini untuk
bagian kaki. Setelah proses tadi selesai, kemuadian campuran adukan tadi di
press. Keluarkan tegel yang sudah jadi.
6. Seperti tegel, teraso juga terdiri dari
bagian kepala dan kaki. Bahan untuk membuat bagian kepala adalah semen putih,
kapur giling, batu teraso dan air sabun. Komposisinya 1:2:1 dengan air sabun
secukupnya. Proses selanjutnya sama dengan proses pembuatan tegel. Campurkan
bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan bagian kepala. Aduklah sampai
kental, seperti adukan untuk mengecor. Tempatkan diwadah khusus. Kemudian
siapkan adukan untuk bagian kaki. Siapkan cetakan. Lapisi seluruh permukaan
bagian dalam dengan plastik tipis. Oleskan solar. Masukkan adukan dibagian
kepala setebal 4 mm. Ratakan. Masukkan adukan kesatu setebal 5mm, diikuti
dengan adukan kedua 20 mm. Kemudian preslah. Keluarkan teraso dan bawa ketempat
penampungan.