BAB II
PEMBAHASAN
1.1 DSM ( Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorder)
Untuk
memudahkan para psikiater dan psikolog klinis dalam mendiagnosis pasien maka
sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikiatri dan psikologi klinis
mendasarkan diri pada penelitian empiris. Berdasarkan penelitian berpuluh tahun
dan melibatkan ribuan pasien, disusunlah buku pedoman yang dijadikan rujukan
oleh semua dokter spesialis jiwa dan psikolog klinis di seluruh dunia. Buku
rujukan itu dikenal dengan sebutan DSM IV ( Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders) , yang saat ini sudah masuk ke versi ke empat. Versi
pertama dipublikasikan pada 1952. Versi IV pertama kali dipublikasikan tahun
1974, dan edisi terakhir dipublikasikan pada 1994, direvisi ulang pada 2002.
Penggolongan
diagnosis psikiatri dalam DSM IV dibuat dalam beberapa poros yang bertingkat (
axes ), tergantung pada aspek-aspek yang terganggu atau tidak berfungsi
sebagaimana mestinya;
·
Axis
I
(Poros I) ; gangguan klinis, termasuk gangguan-gangguan utama dan gangguan
dalam perkembangan jiwa dan gangguan belajar.
·
Axis
II
(Poros II) ;gangguan mengenai kondisi kepribadian, maupun keterbelakangan
mental.
·
Axis
III
( Poros III) ; kondisi medis dan gangguan fisik yang akut.
Poros I
1.
Depression ( Depresi)
Penyebab depresi sangat bermacam-macam.
Faktor psikologis yang bisa menyebabkan depresi antara lain adalah adanya
harapan yang tidak terpenuhi, seperti putus cinta, tidak diterima di perguruan
tinggi faforit, atau masalah perkawinan. Hal lain yang menyebabkan depresi
adalah keadaan fisik, misalnya harus dirawat di Rumah sakit atau rasa sakit
yang tidak sembuh-sembuh. Depresi karena sebab-sebab fisik atau medis biasanya
tidak didiagnosis sebagai depresi, oleh karena itu, kadang-kadang dokter perlu
melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan apakah gejala depresi itu
murni ataukah faktor medis yang lain.
Jika depresi itu murnipun tidak selalu
memerlukan perawatan. Depresi yang hanya sekali atau sekali-kali terjadi,
apalagi yang sebentar dan ringan, sama sekali tidak perlu dirawat. Depresi yang
memerlukan penanganan psikiater atau psikolog klinis adalah yang berlangsung
relatif lama dan berat sehingga mengganggu kehidupan sosial orang yang
bersangkutan, termasuk mengganggu pekerjaan, pelajaran atau pergaulan. Dalam
hal ini biasanya dilakukan psikoterapi dan memberikan obat antidepresant.
2.
Anxiety
disorders ( gangguan kecemasan)
Anxiety atau cemas, adalah takut yang
tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya. Kalau masih sekadar
khawatir, masih tergolong takut yang rasinal, tetapi kalau khawatir itu sudah
disertai dengan tanda-tanda atau gangguan fisik dan emosi yang intensif,
seperti keluar keringat dingin, jantung berdebar-debar, sakit kepala, tidak bisa
tidur, gelisah dan sebagainya, maka kekhawatiran itu sudah bisa digolongkan
pada kecemasan.
Jenis- jenis kecemasan antara lain adalah
generalized anxiety disorders atau
kecemasan umum, yang terdapat pada perempuan dua kali lebih banyak daripada
laki-laki. Jenis ini tidak fokus pada situasi atau objek tertentu, tidak
spesifik atau mengambang. Orang yang bersangkutan bisa bilang bahwa dia cemas,
takut, tetapi tidak bisa menyebutkan apa yang dicemaskannya dan mengapa dia
cemas. Yang jelas, dia tidak bisa mengontrol emosi takutnya dan reaksi takut
pada tubuhnya ( otot-otot tegang, jantung berdebar, sakit kepala, tidak bisa
tidur dan sebagainya.[1]
Panic disorders atau panik, yaitu
perasaan teror yang intens, gemetar, bingung, mau muntah, sesak napas, dan
merasa dunia akan kiamat. Walaupun bisa muncul begitu saja, rasa panik ini
biasanya timbul karena suatu peristiwa yang menakutkan, stress yang
berkelanjutan, atau setelah latihan olahraga. Reaksi fisik yang intens bisa
terjadi selama sepuluh menit atau kurang, tetapi dampaknya bisa berjam-jam
sesudahnya. Mereka yang mendapat serangan panik sehabis berolahraga mengira
dirinya mendapat serangan jantung, dan dilarikan ke unit gawat darurat, namun
setelah diperiksa ternyata dia sehat-sehat saja
Berikutnya adalah social anxiety disorder atau disebut juga fobia sosial. Orang yang
bersangkutan merasa bahwa dirinya selalu dinilai jelek oleh orang lain.
Termasuk dalam golongan ini adalah “ Demam panggung”, yaitu orang yang takut
untuk tampil di depan umum ( berkeringat dingin dan gemetar setiap kali harus
membacakan laporan di depan rapat, atau untuk menerangkan PR-nya di depan
kelas).
3.
Bipolar
disorder (emosi yang berubah-ubah dari positif ke negatif dan sebaliknya)
Gangguan ini disebut bipolar ( dua kutub)
karena emosi itu bergerak bolak-balik dari satu kutub emosi yang ekstrem (
manis) seperti riang gembira, euphoria, senang, dan sebagainya ke kutub lainnya
( depresif), seperti murung, sedih, dan sebagainya. Masa perubahan antara kedua
kutub bisa diisi dengan emosi yang netral, tetapi bisa juga perubahannya begitu
cepat sehingga tidak sempat diselingi emosi netral( siklus cepat). Dalam
beberapa kasus, dorongan emosi ini begitu kuat sehingga timbul delusi ( merasa
dirinya menjadi sesuatu) dan halusinasi ( seakan-akan mendengar atau melihat
sesuatu), dua gejala yang umumnya terjadi pada gangguan jenis skizofrenia. Yang
menarik adalah terdapat individu-individu yang kreatif menderita gangguan ini.[2]
4.
ADHD
( Attention- Deficit Hyperactivity Disorder, Hiperaktif tetapi Kurang
Konsentrasi)
Gangguan mental yang satu ini sepenuhnya
disebabkan oleh gangguan dalam perkembangan syaraf. Umumnya terjadi sejak masa
kanak-kanak ( dibawah usia 18 tahun) dan banyak yang menetap sampai dewasa.
Ciri ADHD adalah terus menerus tidak dapat 5ememfokuskan perhatian pada satu
hal ( misalnya, menonton TV tidak bisa lebih dari 1-2 menit, sudah pindah ke
hal lain, sibuk sebentar, sudah pindah lagi dan seterusnya), hiperaktif( pada
anak bisa melompat-lompat, memanjat, berlari-larian, dan sebagainya), mudah lupa
dan tidak bisa mengendalikan impuls-impulsnya sendiri. Kondisi ini jelas
melelahkan bagi orang disekitarnya, orang tua dan guru khususnya.[3]
5.
Autism
Seperti halnya ADHD, autism adalah
gangguan mental karena kelainan neurologis, yaitu ada gangguan di otak atau
sistem syarafnya. Berbeda dari ADHD yang tidak bisa berkonsentrasi, anak autis
justru bisa berjam-jam sibuk dengan aktivitasnya sendiri yang itu-itu juga,
seperti memutar-mutar bola terus-menerus, atau menyusun kaleng minuman, atau
menderetkan boneka dan sebagainya. Biasanya, autism sudah terlihat sejak anak
berumur 2-3 tahun. Tanda-tanda lain selain selain gerakan-gerakan yang
berulang-ulang ( repetitive behavior), adalah tidak ada kontak mata dengan
orang lain ( impairments in social interaction), dan kalau dipanggil tidak
menyahut ( impairments in communication). Dampaknya adalah bahwa seorang autis
bisa tidak peduli sama sekali dengan kejadian di sekitarnya sehingga ia bisa
melakukan sesuatu tanpa memedulikan bahaya sama sekali ( misalnya menyeberang
jalan yang padat lalu lintas tanpa menengok kanan dan kiri dulu). Disisi lain,
seorang autis bisa mempunyai bakat yang luar biasa, yaitu yang biasa disebut autis savant.
6.
Phobias/
fobia ( rasa takut yang tidak beralasan)
Fobia berasal dari kata yunani “ phobos”,
yang berarti “ takut”. Takut dalam fobia adalah tidak rasional, menetap dan
sangat intens ( ditandai dengan gejala fisik seperti sesak napas, keringat
dingin, menjerit histeris, dan sebagainya) yang ditujukan kepada situasi,
benda, kegiatan atau orang tertentu. Sepanjang hal yang ditakuti tidak ada,
maka orang tersebut bisa-biasa saja. Dengan perkataan lain, penderita fobia
masih bisa mengontrol ketakutannya dengan cara menghindari objek yang
ditakutinya tersebut, maka diagnosis yang lebih tepat adalah gangguan
kecemasan.
7.
Schizophrenia/
Skizofrenia
Schizophrenia adalah suatu diagnosis
gangguan mental yang ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ekspresi dari
realitas. Yang paling sering adalah halusinasi auditif ( seakan-akan mendengar
suara atau ada yang mengajak bercakap-cakap), delusi paranoid ( curiga), atau
delusi lain yang tidak jelas,misalnya pola pikir atau bicara yang kacau (
meloncat-loncat, tidak saling berhubungan dan lain-lain). Penyebab schizophrenia
belum jelas, bisa karena faktor keturunan, bisa karena gangguan syaraf, maupun
faktor psikososial. Oleh karena itu, teknik pengobatannya masih diperdebatkan
terus oleh para dokter. Sejauh ini yang dapat diupayakan dokter adalah
meminimalkan gejala yang bisa membahayakan orang lain atau diri penderita
sendiri, misalnya memberi obat penenang jika penderita terlalu gelisah, atau
bahkan ada kemungkinan mengamuk. Dalam kasus-kasus yang serius diperlukan
rawat- inap di rumah sakit.
Poros
II
1.
Dissociative
Identity Disorder
DID atau yang lebih dikenal dengan
istilah Split personality atau Multiple personality ( kepribadian
ganda), cirinya adalah adanya minimal dua identitas atau kepribadian yang
berbeda yang mengendalikan perilaku orang yang bersangkutan.
Kepribadian-kepribadian itu mempersepsi, menilai, dan bereaksi terhadap
lingkungan dengan cara yang berbeda, dan ketika yang satu sedang memegang
kendali, kepribadian-kepribadian yang lain tidak tahu menahu. Dengan demikian,
terjadi gejala yang khas pada pasien-pasien DID, yaitu tidak ingat apa yang
sudah dilakukannya. Gejala lupa ini bukan karena pengaruh obat-obatan, benturan
di kepala, usia tua atau penyebab medis yang lain, melainkan karena ada
pergantian kendali pada jiwa penderita. Misalnya, kasus DID yang paling populer
karena diterbitkan sebagai buku, adalah kasus William stanley milligan yang
biasa dipanggil Billy. Pada akhir 1970-an, Billy ditangkap polisi karena
beberapa kasus perampokan dan perkosaan di kampus. Ternyata, para pengacaranya
melihat tanda-tanda DID. Setelah meminta visum dokter, Billy dirawat di RS jiwa
milik pemerintah Athenus Lunatic Asylum. Di RS itu ia didiagnosis dengan 24
kepribadian, dan dirawat lebih lanjut. Ia harus menjalani terapi selama 10
tahun sebelum bisa berfungsi sebagai manusia normal. Sekarang Billy tinggal di
California, mempunyai production house,
membuat film tentang dirinya sendiri dan menerbitkan buku yang menceritakan
otobiografinya.
Poros III
1.
Paranoia
Dalam
dunia psikologi, istilah paranoia ini mempunyai arti yang baku, yaitu gangguan
dalam proses berpikir yang ditandai dengan kecemasan atau ketakutan yang
berlebihan sehingga mencapai tingkat yang tidak masuk akal dan disertai delusi.
Ciri khas orang yang paranoid ( paranoid adalah kata sifat dari paranoia)
adalah selalu merasa ada ancaman. Contoh, ketika melihat orang lain sedang
saling mengobrol, si paranoid mengira bahwa kedua orang itu sedang membicarakan
sesuatu rencana untuk membunuhnya. Dalam tahap yang berat seorang paranoid
tidak berani keluar rumah, bahkan lebih senang mengunci diri di kamar saja.
2.
Psikopat
Psikopat adalah istilah yang digunakan
untuk orang-orang yang secara kronik ( terus-menerus) menunjukkan perilaku
immoral dan anti sosial. Oleh karena itu, kadang-kadang digunakan juga istilah
“ sosiopat”. Biasanya psikopat tahu bahwa perilakunya memalukan atau merusak
atau merugikan orang lain, tetapi dia tidak peduli, atau tidak dapat menahan
diri untuk tidak melakukannya. Perilaku psikopat biasanya menyangkut perilaku agresif,
kriminal, atau seksual, tetapi ada juga yang hanya terkait perilaku sosial.
Misalnya, bolak-balik meminjam uang tetangga atau teman tetapi tidak pernah
dikembalikan sehingga keluarganya berkali-kali harus mengumpulkan dana untuk
mengembalikan utang-utang itu, sementara yang bersangkutan terus saja berutang
lagi tanpa rasa bersalah.
3.
Narkoba
Istilah
narkoba merupakan singkatan dari kata-kata “ Narkotika” dan “ obat-obat
berbahaya”. Dalam ilmu kedokteran narkotika dan obat-obat berbahaya justru
sering digunakan untuk tujuan pengobatan. Karena itu, yang berbahaya bukan
narkoba itu sendiri, melainkan penyalahgunaan narkoba untuk tujuan-tujuan lain
diluar tujuan kedokteran. Adapun berbagai jenis narkoba yaitu sebagai berikut;
a) Heroin
v Dampaknya;




v Gejala ;





b) Ketamine
v Dampaknya;


v Gejala ;



C) Ekstasi
v Dampaknya
;




v Gejalanya ;



D)
Shabu
v Dampaknya ;




v Gejalanya ;



E)
Kokain
v Dampaknya ;




v Gejalanya ;


Dampak
psikologis akibat penyalahgunaaan narkoba yaitu sebagai berikut;
§ Emosi
yang tidak terkendali
§ Kecenderungan
untuk selalu berbohong
§ Tidak
memiliki tanggung jawab
§ Hubungan
dengan keluarga, guru, dan teman terganggu
§ Cenderung
menghindari kontak komunikasi dengan orang lain
§ Merasa
dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan
§ Tidak
peduli dengan nilai atau norma yang ada. Cenderung melakukan tindak pidana,
seperti kekerasan, pencurian, dan mengganggu ketertiban umum.
4. Gangguan seksual
Gangguan seksual ada dua macam. Pertama adalah
gangguan fungsi seksual ( sexual
disfunction), dan kedua adalah kelainan seksual. Gangguan fungsi seksual
adalah gangguan yang terjadi dalam tahap tertentu dari siklus seksual
seseorang. Misalnya, timbul rasa ragu, takut, sakit,atau merasa mual atau jijik
sehingga orang yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan fungsi seksual
tertentu dengan sempurna. Sedangkan kelainan seksual ( sexual disorder) atau
disebut juga paraphilia adalah jika cara atau objek dalam perilaku seksual
seseorang tidal lazim secara alamiah dan sosial. Misalnya antara lain,
paedophilia ( menyukai anak-anak dibawah umur), sadisme (perlu menyakiti
pasangannya sebelum berhubungan seks), masochisme ( disakiti dulu sebelum
berhubungan seks), voyeurism ( kepuasan seks melalui mengintip), fetisism (
kepuasan seks melalui pakaian dalam atau aksesoris perempuan), dan
exhibitionism ( mempertotonkan alat kelamin di tempat umum kepada para wanita).
1.2 Gangguan perilaku
a.
Homoseksual/
lesbian
Homoseksual atau lesbian adalah seseorang
yang mencintai individu lain yang sama jenis baik laki-laki sama laki-laki
begitu juga perempuan sama perempuan. Penyebab seseorang menjadi homoseksual
atau lesbian adalah keluarga yang tidak harmonis, sering menyaksikan
pertengkaran orang tua, pernah menyaksikan atau menjadi korban penyimpangan
seksual.
b.
Alkoholisme
Gejala pada alkoholic yaitu keinginan
untuk alkohol, ketidakmampuan mengontrol atas penggunaan alkohol. Alcoholic
sering terus mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar. Alkoholisme adalah bentuk
yang paling serius penyalahgunaan alkohol. Beberapa macam pengobatan pada orang
yang sering minum alkohol tanpa kendali yaitu, detoksifikasi, konseling, dan
psikoterapi.
c.
Anorexia
nervosa
Adalah
sebuah gangguan makan yang ditandai dengan tidak ada nafsu makan sama sekali
dan pola diet yang berlebihan. Seseorang yang menderita anoreksia disebut
anoreksik. Penderita anorekxia makan dalam jumlah sangat sedikit dan
berolahraga berlebihan untuk menjaga berat badan
d.
Bulimia
nervosa
Adalah
hampir sama dengan anorexia, yaitu gangguan perilaku dalam pola makan. Bedanya,
orang yang mengalami bulimia nervosa makan sebanyak-banyaknya, karena takut
kegemukan ia memuntahkan kembali makanan yang baru ditelannya. Gejala lain
selain memuntahkan kembali adalah merasa tidak bisa mengendalikan kebiasaan
makan,dan merasa tidak puas dengan bentuk dan berat badan. Penyebab pasti
bulimia tidak diketahui.
e. e.Obesitas
Obesitas adalah keadaan dimana tubuh
mengalami penimbunan lemak berlebihan sehingga mengalami kelebihan berat badan.
Beberapa pemicu penyakit obesitas yaitu pola hidup yang tidak sehat, faktor
psikis atau pikiran mempengaruhi kebiasaan makan misalnya reaksi terhadap emosi
bisa saja dilampiaskan pada kebiasaan makan banyak.
f. Bunuh diri
Bunuh diri ialah suatu upaya yang disadari dan
bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar dan berhasrat dan
berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Berbagai macam motif bunuh diri
yaitu dilanda keputusasaan dan depresi, cobaan hidup dan tekanan lingkungan,
gila, himpitan ekonomi dan kemiskinan. Orang yang ingin bunuh diri memiliki
akal pikiran yang sempit, hilangnya harapan hidup, dan dia tidak sadar bahwa ia
juga membutuhkan orang lain untuk membantu menyelesaikan masalah.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan adalah gangguan perilaku dan
gangguan mental merupakan psikologi yang apabila dilihat dari ruang lingkupnya,
kedua hal tersebut merupakan psikologi khusus yang mana psikologi khusus
menyelidiki tentang segala perilaku manusia diluar pada masyarakat umumnya.
3.2 Saran
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui
gejala perilaku pada individu baik itu menyangkut gangguan mental dan gangguan
perilaku. Dengan begitu, bila ada kerabat baik itu saudara atau teman yang perilakunya
sama dengan gejala yang diuraikan maka nasihatilah ia supaya memeriksakan
dirinya ke dokter psikolog.
DAFTAR PUSTAKA
Lumongga lubis, Namora, Depresi tinjauan
psikologis, Kencana, Jakarta; 2009
Sarwono, W Sarlito , Pengantar psikologi
umum , Rajawali pers, Jakarta; 2009
BNN, “ Kenali gejala pemakai narkoba”. Majalah sinar, Maret, 2011
0 komentar:
Posting Komentar