Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
Secara etimologi,
dakwah berarti memanggil,menyeru,dan mengundang.Adapun pengertian Dakwah secara
terminologi,yaitu ajakan untuk
mentaati dan mengikuti ajaran agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saw sebagai
agama yang dikehendaki dan diridai oleh Allah swt.Dipandang dari segi
terminologinya,adapun beberapa definisi
dari para Ahli,yaitu sebagai berikut;dakwah menurut syaikh ali mahfuzh adalah mendorong manusia agar memperbuat
kebaikan dan petunjuk,menyuruh mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari
perbuatan Mungkar agar mereka mendapat kebahagiaan di Dunia dan di
Akhirat,dakwah menurut Abu Bakar Zakaria;Dakwah
ialah usaha para ulama dan orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang Agama
islam untuk memberi pengajaran kepada khalayak hal-hal yang dapat menyadarkan
mereka tentang urusan Agama dan urusan dunia sesui dengan kemampuannya.Jika
dilihat dari segi Metode, dakwah dibagi menjadi tiga macam yaitu sebagai
berikut;
1. Dakwah bi al-Kitabah, yaitu berupa
buku, Majalah, surat kabar,spanduk, pamplet, lukisan-lukisan dan sebagainya.
2. Dakwah bi al-Lisan, meliputi Ceramah,
seminar, diskusi, khutbah,obrolan dan sebagainya.
3. Dakwah bi al-Hal, yaitu berupa perilaku
yang sopan sesuai dengan ajaran islam, memelihara lingkungan, tolong-menolong
sesama, misalnya membantu fakir miskin, memberikan pelayanan sosial dan
sebagainya.
Kita
mengetatahui bahwa Dakwah adalah kewajiban menyampaikan ajaran islam yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW yang bertujuan untuk mengembangkan agama Islam.oleh
karena itu, setelah nabi Muhammad SAW meninggal Dunia, banyak yang mengembangkan
kegiatan yang mulia ini selain sahabat-sahabat Rasulullah Saw, salah satunya
yaitu pada Masa Bani Abbasiyah.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana
sejarah peradaban bani Abbasiyah?
2. Bagaimana
sejarah perkembangan Dakwahnya?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menguraikan
atau menjelaskan Sejarah peradaban dan Dakwah Islam di Masa Bani Abbasiyah.
2.
Membuat penyusunan Makalah
mengenai sejarah Dakwah di Bani abbasiyah.
1.4 Manfaat Penulisan
1.
Dapat dijadikan Bahan
referensi
2.
Meningkatkan pengetahuan
mahasisiwa mengenai Sejarah Dakwah khususnya sejarah Dakwah pada masa Bani
Abbasiyah.
BAB
II
Pembahasan
2.1 Khilafah
bani abbasiyah
Bani Abbasiyah Pertama Kali
didirikan oleh Abdullah as-safa ibn
muhammad ibn ali bin Abdullah ibn al-abass atau yang disingkat dengan Abu al-abbas al-safah pada tahun 132
H/750 M.Dinamakan Bani abbasiyah karena Para pendiri dan Penguasa dinasti ini
merupakan keturunan abbas yang tak lain adalah paman Nabi Muhammad
SAW.Pemerintahan Abbasiyah Melanjutkan pemerintahan Bani Umayyah yang telah
hancur di Damaskus.Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti terpanjang, berkisar
antara 750- 1258 M.Awal kekuasaan Dinasti Abbasiyah ditandai dengan
Pembangkangan Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol).Pada periode pertama Bani
Abbasiyah mengalami kemajuan. Namun sayang , kekuasaan pada masa Abu
Al-Abbas,pendiri dinasti ini tidak
bertahan lama yaitu 750-754 M.Oleh karena itu Pada Tahun 762 M , Abu Jafar
al-Manshur yang berperan penting dalam pemerintahan Abbasiyah , memindahkan
Ibukota dari Damaskus ke Hasyimiyah, kemudian dipindahkan lagi ke Baghdad dekat
dengan Ctesiphon , bekas Ibukota Persia. Oleh karena itu , ibukota pemerintahan
Dinasti Abbasiyah berada ditengah-tengah bangsa persia.Popularitas Daulah
Abbasiyah mencapai puncak keemasannya pada masa Khalifah Harun al-Rasyid dan puteranya Al-Ma’mum.
Adapun periode-periode khilafah bani
Abbasiyah dibagi menjadi lima yaitu sebagai berikut;
v Periode pertama ( 132 H-232 H/ 750 M- 847 M)
Walaupun Abu
abbas adalah pendiri Dakwah ini, pemerintah yang hanya singkat( 750- 754 M).
Pembina dakwah ini sebenarnya adalah Abu jafar Al-Mansur. Dia dengan keras
menghadapi lawannya dari bani umayyah. Untuk mengamankan kekuasaannya, ia
menyingkirkan satu persatu tokoh besar sezamannya yang mungkin menjadi pesaing
baginya. Abdullah bin ali dan Salih bin ali, keduanya adalah paman sendiri yang
telah ditunjuk sebagai Gubernur oleh khalifah sebelumnya di Suriah dan Mesir,
akhirnya terbunuh ditangan Abu muslim Al-Khurasani karena tidak bersedia
membaiatnya. Untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas Negara yang baru
berdiri itu, Al-manshur kemudian memindahkan Ibukota dari Al-hasyimiyah, dekat
Kufah, ke kota yang baru dibangunnya,Baghdad, pada tahun 767 M.
Tingkat
kemakmuran yang paling tinggi adalah pada zaman Harun ar-Rasyid. Kesejahteraan
sosial,
kesehatan , pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan
berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah Negara islam menempatkan
dirinya sebagai Negara terkuat tak tertandingi.
v Periode kedua (847 M- 945 M)
Khalifah Al-mu’tashim, khalifah
berikutnya, memberi peluang besar orang turki masuk pada pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai
sebagai tentara pengawal.Daulah abbasiyah mengadakan perubahan sistem
ketentaraan. Praktek orang muslim mengikuti perjalanan sudah terhenti.
Ketentaraan kemudian terdiri dari prajurit-prajurit Turki yang profesional.
Kekuatan militer dinasti Abbas menjadi sangat kuat. Akibatnya, tentara itu
menjadi sangat dominan sehingga khalifah berikutnya sangat dipengaruhi atau
menjadi boneka ditangan mereka.
Khilafah
Al-mu’tashim terhadap unsur turki dalam ketentaraan dilatarbelakangi oleh
adanya persaingan antara golongan arab dan Persia pada masa Al-ma’mun dan
sebelumnya. Al-mu’tashim dan khalifah sesudahnya, al-Wasiq, mampu mengendalikan
mereka. Akan tetapai, khalifah al-muttawakkil wafat, merekalah yang memilih dan
mengangkat khalifah sesuai dengan kehendak mereka.
v Periode ketiga( 945 M- 1055 M)
Periode ini
daulah Abbasiyah berada dibawah kekuasaan bani Buwaihi. Keadaan khilafah lebih
buruk dari pada masa sebelumnya, terutama karena Bani Buwaihi adalah penganut
Aliran syiah. Meskipun
demikian, dalam bidang ilmu pengetahuan , daulah abbasiyah mengalami kemajuan
pada periode ini. Pada masa ini muncul para pemikir besar, seperti; Al-farabi,
Ibn-sina, dan Al-biruni.
v Periode keempat ( 1055 M-
1119 M)
Periode ini
ditandai dengan kekuasaan Bani Seljuk atas Daulah Abbasiyah. Adanya khalifah
Bani Seljuk ini adalah atas “ Undangan” khalifah untuk melumpuhkan kekuatan
Bani buwaihi di Baghdad. Keadaan khalifah
memang membaik, paling tidak karena kewibawaannya dalam bidang agama
kembali setelah beberapa lama dikuasai orang syiah. Sebagaimana pada periode
sebelumnya, ilmu pengetahuan juga berkembang pada periode ini. Nizam al-mulk,
perdana menteri mendirikan madrasah Nizamiyah (1067) dan Hanafiyah di Baghdad.
Dalam
bidang politik, pusat kekuasaan menjadi beberapa profinsi dengan seorang
Gubernur untuk mengepalai masing-masing propinsi tersebut. Pada masa kekuasaan
melemah, masing-masing propinsi memerdekakan diri.
v Periode kelima ( 1119 M- 1258 M)
Pada
periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada dibawah kekuasaan suatu
dinasti tertentu. Mereka merdeka dan berkuasa,tetapi hanya di Baghdad dan
sekitarnya. Sempitnya wilayah kekuasaan khalifah menunjukkan kelemahan
politiknya. Pada masa inilah datang tentara mongol dan tartar
menghancurluluhkan Baghdad tanpa perlawanan 1258 M.
Faktor-faktor yang membuat daulah
Abbasiyah lemah dan hancur dapat dikelompokkam menjadi faktor intern dan faktor ekstern
1) Faktor intern
v Adanya
persaingan yang tidak sehat antara beberapa bangsa yang terhimpun dalam daulah
Abbasiyah, terutama Arab, Persia, dan turki.
v Adanya
konflik aliran pemikiran dalam islam yang sering menyebabkan timbulnya konflik
berdarah
v Munculnya
Dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dari kekuasaan pusat di Baghdad.
2) Faktor ekstern
v
Perang
salib yang terjadi dalam beberapa gelombang
v
Hadirnya tentara mongol dibawah pimpinan Hungu kahn
dan menguasai kota Baghdad.
2.2
Lingkup Negara dan Penguasa
Khalifah Harun ar-Rasyid dikenal
sebagai Khalifah yang sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan bagi
masyarakatnya baik itu Ilmu pengetahuan Agama maupun Ilmu pengetahuan umum.
Oleh karena itu, masyarakat Daulah Abbasiyah menghormati Para ulama yang
memberikan pengajaran kepada mereka. Selain masyarakatnya yang belajar dari
para ulama, keturunan para penguasapun juga diajari segala Ilmu pengetahuan.
Kemudian para penguasa memberikan fasilitas dalam rangka upaya penerjemahan
berbagai ilmu pengetahuan dari bahasa lain ke dalam bahasa Arab. Setelah itu,
melakukan perluasan dan pembinaan wilayah dawah.
Para
pemimpin dinasti Abbasiyah pada masa kejayaannya memandang Dunia adalah sarana
yang mengantarkan manusia untuk mencapai kebahagiaan Akhirat, mereka juga
mempercayai bahwa seluruh materi tidak dapat dipisahkan dari Rohani. Para
khalifah dinasti Abbasiyah telah behasil menyiapkan landasan bagi perkembangan
pengetahuan serta filsafat didalam agama islam. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan, filsafat dan ilmu-ilmu lainnya.






A.
Cabang-cabang ilmu pengetahuan
Dalam
dunia islam , secara umum ilmu pengetahuan dibagi dua macam, yaitu ilmu aqli
dan naqli.Adapun ilmu naqli di bawah ini sebagai berikut;
a.
Ilmu Tafsir
Penafsiran Al-Qur’an terbagi
menjadi dua cara; yakni pertama,tafsir bi
al-Matsur, adalah metode menafsirkan al-qur’an dengan dalil Al-qur’an,
Hadis nabi, pendapat para sahabat dan perkataan para tabiin yang menjelaskan
maksud Allah swt dari nash-nash Al-qur’an.cara kedua, tafsir bi al-ra’yi adalah
penafsiran ayat-ayat al-qur’an berdasarkan ijtihad penafsir dan menjadikan akal
pikiran sebagai pendekatan utama.
b.
Ilmu Hadis
Hadis pada periode sebelumnya telah
dikodifikasi, tetapi belum diadakan penyaringan, sehingga antara hadis nabi dan
bukan hadis nabi terjadi percampuran. Berkenan dengan keutamaan hadis sebagai
sumber hukum yang kedua setelah al-qur’an, maka ulama islam berusaha semaksimal
mungkin untuk menyaring hadis-hadis Rasulullah untuk diterima sebagai sumber
hukum. Penyaringan hadis diadakan dengan cara kritik terhadap sanad( jalur
penyampaian hadis) maupun matan( isi hadis).
c. Ilmu
kalam
Kaum mu’tazilah berjasa dalam
menciptakan ilmu kalam, karena mereka adalah gigih membela terhadap islam dari
serangan yahudi, nasrani dan watsani. Menurut riwayat, mereka mengirim para
juru dakwah ke segenap penjuru untuk menolak serangan musuh.
d.
Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf yaitu salah satu ilmu
tumbuh dan matang dalam zaman daulah Abbasiyah,ilmu tasawuf adalah ilmu syariat
yang baru diciptakannya. Inti ajarannya; tekun beribadat dengan menyerahkan
diri sepenuhnya kepada Allah, meninggalkan kesenangan dan perhiasan dunia dan
bersunyi diri dalam beribadah.
e.
Etika
Etika ( akhlak) islam bersumber
pada Al-qur’an dan Sunnah. Beberapa karya ilmiah telah dihasilkan dalam bidang
ini. Paling tidak ada tiga corak penulisan; pertama, pelajaran akhlak berupa
anekdot, pepatah dan kata-kata hikmah.kedua, adalah cerita-cerita, filsafat
populer tentang moral yang diperoleh pada fabel, dan pepatah dari lukman serta untaian
hikmah dari para sahabat yang dihimpun oleh al-Muwardi dalam buku “ Adab
al-dunya wa al-din”. Ketiga, buku-buku yang bercorak filsafat akhlak,seperti
yang ditulis oleh al-Ghazali dalam ihya
ulum al-din
f.
Ilmu hukum
Dalam rangka memperluas ruang lingkup
dan cakrawala pandangan hukum islam, para fuqaha yang lahir pada masa Abbasiyah
digolongkan dua aliran yaitu ahli hadis dan ahli ra’yi. Ahli hadis mendasarkan
pemikiran-pemikirannya pada hadis Rasulullah.sedangkan ahli Ra’yi mendasarkan
pemikiran-pemikirannya hukumnya pada kemampuan akal pikiran. Di kufah, Basrah,
dan Baghdad sedikit hadis nabi yang tersebar, karena itu lebih diutamakan ra’yi.
Adapun
perkembangan ilmu aqli pada masa bani Abbasiyah yaitu;
a)
Ilmu filsafat
Setelah kitab-kitab falsafah yunani
diterjemahkan kedalam bahasa arab di zaman khalifah Harun al-Rasyid dan
khalifah al-makmum, barulah kaum muslimin mempelajari ilmu filsafat bahkan
menafsirkan dan mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai dengan ajaran
islam.
b) Ilmu
kedokteran
perkembangan
ilmu kedokteran sejalan dengan perkembangan ilmu filsafat. Mula-mula Al-Mansur
mengundang seorang dokter kepala dari jundishapur kemudian berturut-turut
mengundang dokter-dokter ternama dari syria, mesir, bizantium, dan india untuk
berkumpul di Baghdad. Buku-buku yunani, iran, india, dan lain-lain
diterjemahkan kedalam bahasa arab.
c) Farmasi
dan kimia
Ilmu farmasi dan kimia merupakan
ilmu yang berhubungan dengan pembuatan obat-obatan. Kedua ilmu ini berhubungan
dengan ilmu tumbuh-tumbuhan.
d) Ilmu
matematika
Ilmu matematika adalah suatu cabang
ilmu yang berkembang pesat dikalangan umat islam, karena hukum-hukum syariat
tentang zakat dan waris menuntut perhitungan aritmatika.
Salah satu matematikawan terkenal di
Dunia islam adalah Muhammad bin musa al-Khawarizmi( 780-850 M), ia juga ahli
Geografi terkemuka. Ia adalah pelopor angka nol dalam ilmu hitung. Metode
perhitungannya kemudian dikenal dengan algoritme.
e) Ilmu
geografi
Ilmuwan-ilmuwan muslim juga sangat
memperhatikan bumi dan segala isinya. Ilmu tentang bumi pada zaman modern
terbagi menjadi disiplin ilmu, geografi, geologi, geofisika dan meteorologi.
B.
Sistem pengembangan ilmu
pengetahuan
Secara umum pengembangan ilmu
pengetahuan dan filsafat ditempuh dengan beberapa tahap.pertama,kegiatan penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dan
filsafat dari bahasa yunani, persia dan romawi kedalam bahasa arab yang
dilakukan oleh kaum muslimin secara terbuka dan bekerja sama dengan penterjemah
dari agama yahudi dan nasrani.kedua,
karya-karya ilmiah yang telah diterjemahkan diberi komentar oleh kaum muslimin
dan diberikan persesuaian dengan agama. Tahap ketiga, hasil-hasil terjemahan
tersebut dikoreksi. Teori-teori yang telah diberikan para ahli diberikan penjelasannya.
Bahkan berkat kepekaan para pemikir islam, hasil koreksi terhadap teori-teori
yang telah ada dapat memancing lahirnya teori baru sebagai hasil renungan
mereka.
Secara khusus, adapun tiga tahap
pula dalam penyusunan buku-buku yang bernilai ilmiah yaitu; tahap pertama, masih berbentuk
lembaran-lembaran yang belum tersusun rapi. tahap
kedua, karya para ulama yang sudah dibukukan bentuk penyusunan sederhana, tahap ketiga, karya para ulama sudah
tersusun rapi menurut klasifikasi ilmu. Dalam tahapan inilah lahirnya
karya-karya para ulama dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan filsafat yang
tersusun rapi menurut kaedah-kaedah ilmu pengetahuan.
2.3 Lingkup
masyarakat
Aktivitas
dakwah dalam lingkungan masyarakat adalah pengkajian ilmiah sangat marak
dilakukan di Baghdad, karena masjid dan sekolah dipenuhi dengan kajian ilmiah
dengan materi yang bervariasi, hal ini didukung dengan keberadaan ulama yang
berperan besar pada masa tersebut. Para ulama berperan dalam pencerahan iman
pada masyarakat dan materi yang paling menonjol adalah tazkiah al-Nufus.
A. Lembaga-lembaga
pendidikan
Adapun
didirikannya lembaga-lembaga pendidikan dalam lingkup masyarakat adalah sebagai
berikut;
v Kuttab
yaitu lembaga
pendidikan tingkat dasar sudah ada sejak zaman nabi.kuttab berdiri sejak abad 8
M, yang awalnya hanya mengajarkan ilmu agama sudah mengajarkan ilmu
pengetahuan.
v Halaqah adalah model pendidikan dimana
seorang guru duduk dikelilingi oleh murid-muridnya. Menurut Harun Asrohah,
halaqah merupakan lembaga pendidikan setingkat dengan college.
v Masjid selain digunakan untuk tempat
ibadah, juga digunakan untuk menuntut ilmu.misalnya masjid Al-Mashur di Baghdad
memiliki 40 halaqah sehingga sangat ramai dikunjungi oleh penuntut ilmu.
v Majelis
munadharah,
yaitu majelis tempat pertemuan para ulama sarjana, ahli pikir dan pujangga
untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
v Baitul
hikmah,
yang didirikan oleh Harun al-Rasyid dan kemudian disempurnakan oleh khalifah
makmum. Baitul hikmah adalah perpustakaan terbesar , yang juga disediakan
ruangan-ruangan tempat belajar dan dilengkapi dengan observatorium.
v Madrasah
nidhamul muluk,
yang didirikan oleh perdana menteri Nizham al-Mulk , adalah orang yang
mula-mula mendirikan madrasah dalam bentuk yang ada sampai sekarang ini “ Madrasah”.
BAB III
Penutup
3.1
Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
kemajuan ilmu pengetahuan pada masa bani abbasiyah mengakibatkan dakwah semakin
berkembang. Itu karena lahirnya para ilmuwan muslim dari perkembangan ilmu
pengetahuan membantu eksistensi agama islam khususnya dakwah itu sendiri.
3.2
Saran
Saran
penulis adalah kita sebagai umat muslim dalam rangka mengembangkan dakwah
alangkah baiknya kita terlebih dahulu menuntut ilmu karena orang yang berilmu
merupakan karakteristik ideal yang harus dimiliki oleh seorang da’i dan allah
sangat menyukai orang yang berilmu.
Daftar Pustaka
Sj, Fadil, pasang surut peradaban islam dalam lintasan sejarah.2008.Malang;
UIN Malang press
Yatim, Badri, sejarah peradaban islam dirasah islamiyah II.1993.Jakarta; PT Raja
grafindo persada
Sumber
internet;
Google.com
0 komentar:
Posting Komentar