Selasa, 05 November 2013

ANAK dalam Al Qur’an

Dalam sebuah keluarga, maka memiliki anak, adalah kebahagiaan yang sangat diharapkan. Berbagai usaha dilakukan agar hadir sang permata diantara keduanya. meskipun sejatinya, anak bukanlah satu-satunya parameter kebahagiaan orang tuanya. Kebahagiaan sejati akan muncul bila ortu berhasil menjadikan anak-anaknya sebagai penyejuk hati yang senantiasa menghadirkan kebaikan, fiddun-ya hasanah dan fil akhiroti hasanah.
Al Qur’an menyebutkan bahwa anak bisa memiliki empat posisi bila disandingkan dengan orang tunya:
1. Anak menjadi fitnah (QS 8: 28 dan QS 64 : 15)
“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan keluargamu hanyalah sebagai cobaan dan disisi Allahlah pahala yang besar.”
Pada asalnya anak memang menjadi ujian bagi orangtuanya, -sebagaimana juga harta-, bahwa semua itu bisa menghasilkan kebaikan bila mampu mengelola mereka dengan benar dan baik dan sebaliknya ia akan menjadi musuh dan merusak bila orang tua salah mendidiknya. Barangkali anak-anak nabi Yakkubyang telah mencelakakan Yusuf, masuk dalam posisi ini. Mereka membuat ortunya sedih dengan perilakunya, meski tidak sampai pada derajat permusuhan, tetapi sungguh sikap mereka membuat kesusahan berkepanjangan bagi ayahnya.
2. Anak menjadi musuh (QS 64 : 14)
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmua ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah atas mereka…”
Tugas ortu mendidik anak adalah menyiapkan mereka sampai mereka baligh. Ada kalanya ortu sudah sedemikian bagus menyiapkan pendidikan dan lingkungan yang baik bagi anak, tetapi si anak tetap tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya. Besar kemungkinan anak akan menjadi musuh bagi orangtuanya yang beriman. Sebagaimana anak Nuh a.s, yang senantiasa menolak kebenaran yang dibawa ayahnya, karena memperturutkan nafsunya.
3. Anak menjadi perhiasan bagi keluarga (QS. 18 : 46)
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan dunia…”
Anak menjadi perhiasan bagi keluarga bila ia menjadi obyek yang menyenangkan hati, membanggakan, menjadi kebanggaan bagi keluarganya. Kebanggaan yang hanya bersifat duniawi saja bagaikan perhiasan yang ditempelkan pada badan sang ortu. ia berguna dan menakjubkan di dunia, tapi belum menjadikannya bermanfaat di akhirat.
4. Anak menjadi penyejuk hati (25: 74)
Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami anugerahkan kepada kami istri-istri dan anak-anak kami yang menjadi penyejuk hati….
Dalam menjelaskan qurrota a’yun ini, mufassir berpendapat bahwa mereka adalah anak-anak yang mampu beramal shalih dan dengan amal-amal shalihnya itulah maka mereka menjadi penyejuk hati bagi orangtuanya. Ia menjadi perhiasan membanggakan di dunia, sekaligus penolong saat ortu di akhirat. Merekalah anak-anak salih, yang siap menyejukkan ortunya saat di dunia serta mendoakan mereka saat ortunya telah tiada.
Inilah posisi terbaik seorang anak berkait dengan ortunya. Inilah pe er terbesar bagi orang tua. Yaitu agar berhasil mewujudkan qurrota a’yun dalam dirinya dan anak-anaknya. Semoga Allah permudah kita mendidik anak menuju qurrota a’yun. Amiin.

0 komentar:

Posting Komentar