Rabu, 06 November 2013

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ; ASPEK KONSEPTUAL , PERSEPTUAL DAN EGOSENTRIS



BAB II
PEMBAHASAN
A.   Perkembangan Konseptual
    Masa Konseptual Anak Pada Tahun Pertama Masih Membentuk Kausal, yaitu Melihat sesuatu Benda dengan Keseluruhannya dan Melihat Sesuatu Secara Global. Pandangannya Masih Belum Mampu untuk melihat secara Bagian-Bagiannya, Secara Terperinci, Karena Penglihatannya Terhadap Benda Belum Mampu Melihat Secara Khusus. Pandangannya Masih Terpusat Pada Dirinya dan Ketidakmengertian terhadap Benda Tersebut. Semua Informasi yang ditanggap akan Diterima secara Langsung tanpa adanya diferensiasi, Analisis dan Tanggapan yang disesuaikan dengan dirinya.
    Kesan Pertama Itulah Yang Akan Menjadikan anak terhadap Sesuatu Seperti Contoh Warna diatas, Karena Pada Masa ini anak Masih dalam Keadaan yang Kosong, Dalam Arti ia tidak Mengetahui dan Mengerti Apa-apa. Oleh Karena Itu Segala sesuatu yang Pertama kali itulah yang dikenalnya, Belum masuk sebagai Pengertian. Pandangannya Terhadap Sesuatu Benda yang Mempunyai Bagian-bagian atau Terstruktur, Akan diperhatikan dan Diamatinya secara Keseluruhan. Misalnya jika anak diperkenalkan sebuah gambar rumah dengan bagian-bagiannya, pintu, jendela, kaca dan lain sebagainya. Apabila ditunjuk salah satu bagian tersebut adalah rumah itulah pengertian anak. Karena yang diperhatiakan dan menjadi pengamatan anak adalah rumah yang telah diperkenalkannya dan apabila salah satu bagian tersebut dipisah dari rumah, di jendela itu ada bagian-bagian lain, seperti kunci atau lainnya,  meskipun ditunjuk salah satu bagian tersebut maka anak akan mengatakannya jendela.
    Demikian pula halnya apabila anak diberikan kalimat yang terperinci, pada saat itu anak tidak memahami dan mengerti, diminta untuk mengerti, maka ia akan merasa bingung dan tidak jelas, bisa membaca tetapi tidak mengerti apa yang dibacakannya. Karena pada masa ini anak membutuhkan pengenalan bukan pengertian. Pengertian yang dipaksakan saat anak belum mengenal, maka dengan sendirinya anak akan merasa beban menerima semua yang dilihat dan didengarnya. Semua informasi yang diterima tanpa menggunakan kemampuan untuk mengasimilasi dalam penyesuaian dirinya, maka informasi yang masuk dan diterima anak akan berbentuk;
v  Global ; Penerimaan informasi anak secara keseluruhan, tanpa memperhatikan bagian-bagian dari informasi tersebut
v  Langsung ; Semua informasi yang dilihat, didengar, dan dirasakan akan diterima secara langsung, yang kemudian secara langsung pula ia mengikutinya.
v  Pasif ; Penerimaan informasi anak pada masa ini sifat pasif, karena belum adanya tanggapan yang berarti
v  Spontanitas ; Perilaku anak menunjukkan spontan dalam menanggapi segala yang berhubungan dengan dirinya atau lingkungannya. Belum terlihat kontrol perilaku dan bahasa.
    Proses pembentukan pengertian pada anak akan dilakukan dengan berbagai macam kemampuan sesuai dengan usia mereka yang masih pasif, menerima dan menunggu apa yang diberikan, selanjutnya mulai menggunakan kemampuannya dan fungsi-fungsinya yaitu dibawah ini sebagai berikut;
Pengalaman belajar
    Yaitu segala sesuatu yang dialami dan dirasakan anak sebagai suatu penagalaman yang menyenangkan  dan tidak menyenangkan. Pengalaman ini diperoleh dari luar individu dan diterima ke dalam individu untuk diasimilasikan ke dalam bentuk aktivitas.
    Pengalaman individu yang diperoleh sejak dini merupakan hal yang penting dan bermanfaat untuk perkembangan selanjutnya. Pengalaman yang merupakan proses pembelajaran yang diterima sebagai pengertian, kemudian anak akan membentuk sikap,  yaitu dengan menerima atau menolak segala sesuatu yang dialaminya. Proses pengalaman dibagi menjadi tiga macam, yaitu Pengalaman yang dilakukan sendiri, Pengalaman yang dialami dari luar dirinya, dan pengalaman trial.
Pengulangan
    Adalah di masa anak berusaha mencapai suatu kepuasan dan kenikmatan atas perbuatannya. Hal itu terlihat dari kecenderungan seorang anak yang senantiasa mengulang-ngulang tingkah laku. Pengulangan terjadi karena dalam perbuatan tersebut terdapat suatu kenikmatan, kepuasan, dan menyenangkan.
    Adanya kenikmatan dan menyenangkan terhadap perbuatan tersebut, menyebabkan anak mempunyai dasar pengulangan. Pengulangan dibagi dalam tiga fungsi, yaitu; ( 1) Terjadinya pengulangan atas unsur diri ( usia 4 – 10 bulan), misalnya memainkan jarinya, membuang benda yang dipegang. ( 2) Pengulangan karena adanya unsur luar dirinya ( Usia 10 – 24 Bulan). Saat ini anak mencoba mengeksplor dan memanipulasi objek-objek baru disekitarnya dan dilakukannya dengan pengulangan. Misalkan menyembunyikan suatu benda jika telah diketahui oleh orang lain ( menutup matanya kemuian membukanya lagi). ( 3) Pengulangan terjadi bukan lagi suatu kebetulan melainkan rekayasa anak dengan menggunakan imajinasi. Ini biasa terjadi pada usia 2 tahun – 4 tahun. Saat ini anak mulai menggunakan imajinasinya untuk memainkan suatu objek dengan semua informasi yang diperolehnya. Misalnya anak suka mengamati sebuah film maka mereka mencoba dengan menggunakan objek yang lain dengan imajinasi untuk memainkan film kartun.
Peniruan ( Imitasi)
    Merupakan dimana masa anak mulai mengamati, memperhatikan, dan mendengar apa yang diperbuat orang lain , baik tingkah laku ataupun ucapan. Anak biasanya mengikuti persis apa yang dilihat atau didengarnya. Proses imitasi merupakan salah satu tahap perkembangan konseptual terjadi dimana anak sebelumnya tidak mengerti, dan setelah melakukan imitasi, apa yang dilakukannya itu menyenangkan atau tidak menyenangkan, mendapat respon positif ataupun negatif.
Perhatian
    Yaitu pada awal perkembangan anak perhatian hanya terarah pada dirinya sendiri, maksudnya segala sesuatu yang dilihat dan didengarnya akan diarahkan atau ditunjukkan hanya pada dirinya. Misalkan ada orang membawa suatu benda, maka anak akan biasanya tidak melihat siapa yang membawa benda tersebut tetapi bendanya. Jadi pusat perhatian anak pada usia awal tertentu hanya terbetas pada satu objek yang menjadi perhatian dan menarik, sedangkan objek yang lainnya belum mendapatkan perhatian. Anak melihat dan memperhatikan objek baru karena objek sebelumnya tidak lagi menarik. Perhatian anak hanya terpusat pada satu objek saja dan belum mengarah pada kegunaan dan arti objek tersebut.
Eksplorasi secara Individual
    Artinya dengan berkembangnya usia, maka anak mulai mengembangkan aktivitas lainnya, yaitu dari pusat perhatian ada rasa ingin menyentuh atau meraih objek yang menjadi pusat perhatiannya, yang disesuaikan dengan berkembangnya kemampuan saraf dan otot yang tumbuh besar dan menguat. Dengan kemampuan tersebut anak berusaha untuk menjelajahi segala sesuatu yang menjadi perhatiannya. Hal ini juga disesuaikan dengan kemampuan anak yang mulai mahir merangkak atau mulai berjalan.
    Rasa keingintahuan anak juga mulai berkembang dengan mencoba mencari sesuatu benda yang hilang yang menjadi pusat perhatiannya, dalam hal ini dapat dilihat pada permanensi objek. Rasa keingintahuan dimulai dari usia 0 -2 tahun samapai 4 tahun , yang mencoba untuk memegang dan mengambil suatu benda yang menjadi perhatian dan baru yang belum pernah dirasakan atau disentuh.
    Perkembangan selanjutnya pada masa konseptual akhir akan menunjukkan suatu bentuk eksplolarasi penolakan, yaitu anak berusaha untuk menolak keinginan orang lain terhadap dirinya yang berupa, pembangkaka, peniruan, protes dan lain sebagainya.
B.   Perkembangan Perseptual
    Perkembangan Perseptual Anak dimulai dengan meningkatnya Tanggapan terhadap Informasi Baru yang kemudian diasosiasikan dengan pengalaman yang Pernah didapat pada Masa Konseptual. Dengan Asosiasi ini anak Mulai Berusaha Menanggapi Semua yang menjadi Pusat Perhatiaanya. Yang Berupa Pertanyaan yang timbul dari Rasa Keingintahuan , Protes dari Penolakan, Serta Sifat Ketergantungan pada Orang lain atau Benda.
    Persepsi atau tanggapan yang terjadi karena adanya perhatian, pengalaman imitasi, kebutuhan dan keinginan, senang dan tidak senang yang diterima sejak masa konseptual. Tahap ini seperti yang dijelaskan oleh piaget terjadi pada praoperasional, dimana anak mulai menggunakan kognitifnya, baru mencoba merealisasikan segala sesuatu yang diperoleh dari tahapan sensori-motorik. Anak pada masa ini tidak menerima segala sesuatu secara langsung, melainkan berusaha untuk menunggu sesaat dan kemudian mulai menerimanya, ia dapat menimbulkan situasi-situasi yang tidak langsung ada. Biasa juga disebut dengan kemampuan untuk melakukan tingkah laku simbolik, yaitu diawali dengan berpura-pura terlebih dahulu.
    Pada masa perseptual ini segala informasi yang diperoleh pada masa konseptual, kemudian dirangsang untuk mencoba menanggapinya tanpa harus terlibat langsung ke dalam persoalan itu, atau masalah yang baru ditanggapinya. Dengan kata lain anak tidak mampu mengambil perspektif orang lain ( Belum mengerti sudut pandang orang lain). Misalkan anak diminta memperhatikan tiga warna, Merah, hijau, dan kuning dari sudut pandang orang lain, namun anak tetap melihatnya sesuai dengan pandang mereka, yakni melihat warna, Kuning , hijau, dan merah.
    Masa perseptual ini ditandai dengan sebutan ; 1) Semaunya sendiri ( Mengerjakan sesuatu tidak sesuai dengan kehendak orang tua, (2) masa Negativisme ( Anggapan bahwa anak sering melakukan sesuatu yang bertentang dengan kebiasaan-kebiasaan), ( 3) masa bermain ( anak dan bermain tidak dapat dipisahkan), (4) masa prasekolah ( Usia anak sudah memasuki usia sekolah), masa kelompok (Anak sudah dapat membedakan benda yang miliknya dan milik orang lain), ( 6) masa keingintahuan ( Anak senang bertanya, menjelajah, membayangkan, dan membandingkan).
C.   Egosentrisme
    Egosentris adalah Pemusatan Pada Diri-sendiri, Memandang segalanya pada diri-sendiri, merasakan sesuatu untuk dirinya Sendiri. Rasa Egosentris yang Timbul pada Individu dikarenakan adanya Rasa Keingintahuan terhadap sesuatu yang dipandang, yang diamati, dirasakan dan dipikirkan hanya diarahkan pada dirinya saja. Tidak menempatkan dirinya pada orang lain.
    Egosentrisme tidak sama dengan Egois. Egois merupakan suatu sikap yang menunjukkan Ketamakan, Kepentingan, dan Kemauan yang berlebihan terhadap Hak Orang lain terhadap Dirinya. Ketamakan dapat dilihat misalkan pada Anak yang ingin menguasai semuanya Walaupun itu Bukan Miliknya dan Bahkan Merusak. Egois Sebagai Salah Satu Sifat Mausia sangat merugikan terutama dirinya sendiri.
    Egosentris juga berlawanan dengan Desentrasi, yaitu Individu mengadakan, melihat, dan mengamati objek dengan benda-benda. Dengan kata lain anak sudah dapat membedakan dalam pengamatannya dengan berbagai sudut, baik dengan menggunakan persepsi maupun pengamatan dan perilaku individu itu sendiri.
    Jadi, Egosentris menimbulkan perasaan ingin tahu sesuatu yang sifatnya baru dan menarik bagi anak itu sendiri, atau biasa sering melihat suatu benda yang ada di Sekitarnya. Ia tidak menghiraukan, namun suatu saat ketika ia melihat benda yang sama, pada tempat yang sama, bersamaan dengan rasa keingintahuannya, kemudian berusaha untuk menghampiri, meraba atau memegangnya. Rasa keingintahuannya ini yang disebut Egosentris.
1. Egosentris terhadap Benda
    Egosentris ini terjadi pada usia 0-4 tahun, pada masa ini perhatian anak tertuju pada sesuatu yang baru. setiap kali melihat benda atau sesuatu yang baru dan menarik, maka pada saat itu rasa keingintahuan anak mulai muncul, dimana anak hanya sekadar ingin mengetahui dan merasakan saja.
    Sifat keingintahuan terhadap benda tersebut mempunyai sifat sementara, setelah mengetahui dan merasakan maka anak akan meninggalkannya, kemudian beralih kepada benda yang lain yang lebih menarik dan yang baru dilihatnya, atau benda tersebut membuat rasa penasaran meskipun sudah pernah dilihatnya.
    Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, usia pada saat itu termasuk dalam konseptual, dimana rasa egosentris tertuju hanya pada suatu benda yang diamati, untuk dikenal dan mengerti terhadap benda tersebut. Anak belum mengerti kepunyaan siapa benda itu dan bagaimana benda tersebut. Jadi apabila ada anak yang mengambil barang milik orang lain, itu karena ia tidak mengetahui bahwa barang yang diambilnya itu milik orang. Hasil observasi terhadap anak yang berusia 18 – 24 bulan menunjukkan bahwa;
1.    Egosentris muncul saat anak melihat suatu benda yang baru dan belum dikenal dalam pengertiannya
2.    Egosentris ini tercapai saat anak mempunyai kesempatan untuk mengenal dan memegang beda yang dilihat dan belum dikenalnya
3.    Anak akan meninggalkan benda yang dikenalnya bila benda tersebut tidak dapat dieksplolarisasi
4.    Rasa egosentris bertambah besar saat benda yang diinginkan tidak dapat diraihnya atau ada sesuatu yang menghambatnya.
    Egosentris berubah menjadi egois saat anak sudah kehilangan rasa keingintahuan dan memunculkan rasa takut kehilangan terhadap benda yang menjadi pengamatannya.
    Egosentris benda terhambat dikarenakan rasa ketakutan atau banyak larangan terhadap anak yang baru muncul rasa keingintahuan, sering disalahkan dalam memegang dan memainkan sesuatu, dan hal ini memunculkan perilaku;
·         Suka mengganggu teman-temannya dengan mencubit, memukul, dan mendorong
·         Suka merebut benda temannya atau mengambil makanan temannya, mengumpat dan merusak mainan dan benda orang lain
·         Tidak mempunyai keinginan melakukan aktivitas atas anjuran atau suruhan orang lain
·         Perhatian terpecah , sukar untuk konsentrasi dan cepat lelah dalam melakukan aktivitas
·         Aktivitasnya berlebihan dan motorik kasarnya yang lebih dominan daripada motorik halusnya, sehingga anak terhambat dalam menulis. Sementara anak yang terpusatkan rasa keingintahuannya atau egosentrisnya mempunyai kesempatan untuk menuangkan rasa keingintahuannya, maka anak siap untuk melanjutkan perkembangan berikutnya.
2. Egosentris Perhatian
    Egosentris perhatian terjadi pada anak usia 4 – 8 tahun, dimana pada masa ini anak sudah mulai melihat orang lain sebagai objek yang dapat memberikan sesuatu kepadanya. Pada usia ini anak sudah mampu mendifferensiasi terhadap benda maupun objek pengamatannya. Anak berusaha mengambil perhatian orang lain untuk dirinya, atau meminta orang lain untuk memperhatikan dirinya dan ia akan memperhatikan orang lain sebagai cara untuk menunjukkan dirinya.
    Rasa egosentris pada usia ini sesuai dengan tahapan anak pada perseptual dan kongkritual, saat ini anak berusaha untuk mendapatkan perhatian dari orang lain yang lebih dan menjadi pusat perhatian. Rasa perhatian ditunjukkan melalui tingkah laku yang membuat orang lain memperhatikan ( membuat orang ketawa, kesal dan marah)
    Pada usia selanjutnya perkembangan egosentris, yakni anak berusaha menunjukkan perhatiannya dengan melakukan berbagai aktivitas agar dapat diperhatikan oleh orang lain. Egosentris anak tidak lagi sebatas sementara melainkan menjadi penanaman kepercayaaan dan keyakinan untuk melakukan aktivitasnya sendiri sesuai dengan kemampuan dan potensinya.
    Egosentris pada saat ini akan terlihat pada ;
1)    Psikognitif, yaitu bahasa yang diucapkan dan kata-kata yang disampaikan sudah berusaha untuk dimengerti oleh orang lain dan berusaha untuk mengerti apa yang dibicarakan orang lain.
2)    Psikoafektif, yaitu anak memberikan dan menuruti sesuatu apapun yang diminta orang lain dari dirinya dengan mengharapkan sesuatu dari orang lain untuk dirinya
3)    Psikomotorik, dimana pada masa ini anak akan banyak beraktivitas di hadapan orang lain ( Bertingkah yang mengundang perhatian orang lain), misalkan anak akan bermain atau melakukan aktivitas apa saja yang akan menarik perhatian, jika ada orang dewasa atau orang yang lebih besar, maka ia akan menunjukkan aktivitasnya atau lebih aktif lagi bermain.
3. Egosentris Penampilan
   Egosentris pada saat ini berada pada usia tujuh sampai akil baligh. Perkembangan egosentris anak adalah anak ingin diakui keberadaannya, anak sudah merasakan dan dapat berfikir bahwa ia bagian dari keluarga, dan bagian dari teman-temannya. Pada usia ini anak sudah mulai mengerti dan dapat memahami apa yang dilakukan orang lain pada dirinya dan apa yang diperbuat pada lingkungannya. Misalkan orang tua membicarakan sesuatu persoalan dan mereka tidak diikutkan, maka mereka akan merasa disisihkan dengan menunjukkan wajah yang tidak menyenangkan atau melakukan sesuatu yang menjadi perhatian orang lain terhadap dirinya. Pada egosentris ini anak membutuhkan suatu penerimaan dirinya dari lingkungan, baik dari orang tua maupun dari teman sebaya. Agar dapat diterima anak sering menunjukkan sesuatu, baik perilaku tertentu yang membuat orang lain memusatkan perhatian, maupun sikap yang disukai baik orang tua maupun teman. Agar dapat diterima anak sering menunjukkan sesuatu, baik perilaku tertentu yang membuat orang lain memusatkan perhatian, maupun sikap yang disukai baik orang tua maupun teman.
    Perilaku lain pada egosentris ini adalah melakukan protes atas perlakuan orang lain terhadap dirinya, yakni dengan cara mendiamkan, meninggalkan, atau masa bodoh ( seakan-akan tidak tahu/ mendengar) terhadap perintah atau interfensi orang lain atas perilakunya. Kompromi juga merupakan sikap dan perilaku pada egosentris ini, misalnya anak menunjukkan kemampuannya agar dapat diterima sebagai bagian dari lingkungan, dan bahkan mengikuti aturan dan perintah orang dewasa atau orang tua

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
    Jadi, dalam suatu proses perkembangan terdapat adanya beberapa aspek – Aspek pada perkembangan manusia, yaitu sebagian diantaranya adalah aspek Konseptual, aspek Perseptual, dan Aspek Egosentris. Aspek konseptual menyangkut pemahamnnya terhadap objek-objek, aspek perseptual, menyangkut objek yang dilihatnya sudah mampu ditanggapinya dengan cara mengasosiasikan pengalaman sebalumnya, dan Aspek perkembangan egosentris adalah  Timbulnya rasa keingintahuan anak terhadap objek yang menarik perhatiannya.
B. Saran
    Sebagai manusia biasa, kami menyadari kekurangsempurnaan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu dengan lapang dada kami menerima segala kritikan dan sarannya demi perbaikan Sistematika penulisan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
            Machmud , Hadi. Psikologi perkembangan. CV Shandra. Kendari. 2010

0 komentar:

Posting Komentar