BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Konseptual
Masa Konseptual Anak Pada Tahun Pertama
Masih Membentuk Kausal, yaitu Melihat sesuatu Benda dengan Keseluruhannya dan
Melihat Sesuatu Secara Global. Pandangannya Masih Belum Mampu untuk melihat
secara Bagian-Bagiannya, Secara Terperinci, Karena Penglihatannya Terhadap
Benda Belum Mampu Melihat Secara Khusus. Pandangannya Masih Terpusat Pada
Dirinya dan Ketidakmengertian terhadap Benda Tersebut. Semua Informasi yang
ditanggap akan Diterima secara Langsung tanpa adanya diferensiasi, Analisis dan
Tanggapan yang disesuaikan dengan dirinya.
Kesan Pertama Itulah Yang Akan Menjadikan
anak terhadap Sesuatu Seperti Contoh Warna diatas, Karena Pada Masa ini anak
Masih dalam Keadaan yang Kosong, Dalam Arti ia tidak Mengetahui dan Mengerti
Apa-apa. Oleh Karena Itu Segala sesuatu yang Pertama kali itulah yang
dikenalnya, Belum masuk sebagai Pengertian. Pandangannya Terhadap Sesuatu Benda
yang Mempunyai Bagian-bagian atau Terstruktur, Akan diperhatikan dan Diamatinya
secara Keseluruhan. Misalnya jika anak diperkenalkan sebuah gambar rumah dengan
bagian-bagiannya, pintu, jendela, kaca dan lain sebagainya. Apabila ditunjuk
salah satu bagian tersebut adalah rumah itulah pengertian anak. Karena yang
diperhatiakan dan menjadi pengamatan anak adalah rumah yang telah
diperkenalkannya dan apabila salah satu bagian tersebut dipisah dari rumah, di
jendela itu ada bagian-bagian lain, seperti kunci atau lainnya, meskipun ditunjuk salah satu bagian tersebut
maka anak akan mengatakannya jendela.
Demikian pula halnya apabila anak diberikan
kalimat yang terperinci, pada saat itu anak tidak memahami dan mengerti,
diminta untuk mengerti, maka ia akan merasa bingung dan tidak jelas, bisa
membaca tetapi tidak mengerti apa yang dibacakannya. Karena pada masa ini anak
membutuhkan pengenalan bukan pengertian. Pengertian yang dipaksakan saat anak
belum mengenal, maka dengan sendirinya anak akan merasa beban menerima semua
yang dilihat dan didengarnya. Semua informasi yang diterima tanpa menggunakan
kemampuan untuk mengasimilasi dalam penyesuaian dirinya, maka informasi yang
masuk dan diterima anak akan berbentuk;
v Global ; Penerimaan
informasi anak secara keseluruhan, tanpa memperhatikan bagian-bagian dari
informasi tersebut
v Langsung ;
Semua informasi yang dilihat, didengar, dan dirasakan akan diterima secara
langsung, yang kemudian secara langsung pula ia mengikutinya.
v Pasif ; Penerimaan
informasi anak pada masa ini sifat pasif, karena belum adanya tanggapan yang
berarti
v Spontanitas ;
Perilaku anak menunjukkan spontan dalam menanggapi segala yang berhubungan
dengan dirinya atau lingkungannya. Belum terlihat kontrol perilaku dan bahasa.
Proses pembentukan pengertian pada anak
akan dilakukan dengan berbagai macam kemampuan sesuai dengan usia mereka yang
masih pasif, menerima dan menunggu apa yang diberikan, selanjutnya mulai
menggunakan kemampuannya dan fungsi-fungsinya yaitu dibawah ini sebagai
berikut;
Pengalaman belajar
Yaitu segala sesuatu yang dialami dan dirasakan anak
sebagai suatu penagalaman yang menyenangkan
dan tidak menyenangkan. Pengalaman ini diperoleh dari luar individu dan
diterima ke dalam individu untuk diasimilasikan ke dalam bentuk aktivitas.
Pengalaman individu yang diperoleh sejak
dini merupakan hal yang penting dan bermanfaat untuk perkembangan selanjutnya.
Pengalaman yang merupakan proses pembelajaran yang diterima sebagai pengertian,
kemudian anak akan membentuk sikap,
yaitu dengan menerima atau menolak segala sesuatu yang dialaminya.
Proses pengalaman dibagi menjadi tiga macam, yaitu Pengalaman yang dilakukan
sendiri, Pengalaman yang dialami dari luar dirinya, dan pengalaman trial.
Pengulangan
Adalah di masa anak berusaha mencapai suatu kepuasan dan
kenikmatan atas perbuatannya. Hal itu terlihat dari kecenderungan seorang anak
yang senantiasa mengulang-ngulang tingkah laku. Pengulangan terjadi karena
dalam perbuatan tersebut terdapat suatu kenikmatan, kepuasan, dan menyenangkan.
Adanya kenikmatan dan menyenangkan terhadap
perbuatan tersebut, menyebabkan anak mempunyai dasar pengulangan. Pengulangan
dibagi dalam tiga fungsi, yaitu; ( 1) Terjadinya pengulangan atas unsur diri (
usia 4 – 10 bulan), misalnya memainkan jarinya, membuang benda yang dipegang. (
2) Pengulangan karena adanya unsur luar dirinya ( Usia 10 – 24 Bulan). Saat ini
anak mencoba mengeksplor dan memanipulasi objek-objek baru disekitarnya dan
dilakukannya dengan pengulangan. Misalkan menyembunyikan suatu benda jika telah
diketahui oleh orang lain ( menutup matanya kemuian membukanya lagi). ( 3)
Pengulangan terjadi bukan lagi suatu kebetulan melainkan rekayasa anak dengan
menggunakan imajinasi. Ini biasa terjadi pada usia 2 tahun – 4 tahun. Saat ini
anak mulai menggunakan imajinasinya untuk memainkan suatu objek dengan semua
informasi yang diperolehnya. Misalnya anak suka mengamati sebuah film maka
mereka mencoba dengan menggunakan objek yang lain dengan imajinasi untuk
memainkan film kartun.
Peniruan ( Imitasi)
Merupakan dimana masa anak mulai mengamati,
memperhatikan, dan mendengar apa yang diperbuat orang lain , baik tingkah laku
ataupun ucapan. Anak biasanya mengikuti persis apa yang dilihat atau
didengarnya. Proses imitasi merupakan salah satu tahap perkembangan konseptual
terjadi dimana anak sebelumnya tidak mengerti, dan setelah melakukan imitasi,
apa yang dilakukannya itu menyenangkan atau tidak menyenangkan, mendapat respon
positif ataupun negatif.
Perhatian
Yaitu pada awal perkembangan anak perhatian
hanya terarah pada dirinya sendiri, maksudnya segala sesuatu yang dilihat dan
didengarnya akan diarahkan atau ditunjukkan hanya pada dirinya. Misalkan ada
orang membawa suatu benda, maka anak akan biasanya tidak melihat siapa yang
membawa benda tersebut tetapi bendanya. Jadi pusat perhatian anak pada usia
awal tertentu hanya terbetas pada satu objek yang menjadi perhatian dan
menarik, sedangkan objek yang lainnya belum mendapatkan perhatian. Anak melihat
dan memperhatikan objek baru karena objek sebelumnya tidak lagi menarik.
Perhatian anak hanya terpusat pada satu objek saja dan belum mengarah pada
kegunaan dan arti objek tersebut.
Eksplorasi secara Individual
Artinya dengan berkembangnya usia, maka
anak mulai mengembangkan aktivitas lainnya, yaitu dari pusat perhatian ada rasa
ingin menyentuh atau meraih objek yang menjadi pusat perhatiannya, yang
disesuaikan dengan berkembangnya kemampuan saraf dan otot yang tumbuh besar dan
menguat. Dengan kemampuan tersebut anak berusaha untuk menjelajahi segala
sesuatu yang menjadi perhatiannya. Hal ini juga disesuaikan dengan kemampuan
anak yang mulai mahir merangkak atau mulai berjalan.
Rasa keingintahuan anak juga mulai
berkembang dengan mencoba mencari sesuatu benda yang hilang yang menjadi pusat
perhatiannya, dalam hal ini dapat dilihat pada permanensi objek. Rasa
keingintahuan dimulai dari usia 0 -2 tahun samapai 4 tahun , yang mencoba untuk
memegang dan mengambil suatu benda yang menjadi perhatian dan baru yang belum
pernah dirasakan atau disentuh.
Perkembangan selanjutnya pada masa
konseptual akhir akan menunjukkan suatu bentuk eksplolarasi penolakan, yaitu
anak berusaha untuk menolak keinginan orang lain terhadap dirinya yang berupa,
pembangkaka, peniruan, protes dan lain sebagainya.
B.
Perkembangan
Perseptual
Perkembangan Perseptual Anak dimulai dengan
meningkatnya Tanggapan terhadap Informasi Baru yang kemudian diasosiasikan
dengan pengalaman yang Pernah didapat pada Masa Konseptual. Dengan Asosiasi ini
anak Mulai Berusaha Menanggapi Semua yang menjadi Pusat Perhatiaanya. Yang
Berupa Pertanyaan yang timbul dari Rasa Keingintahuan , Protes dari Penolakan,
Serta Sifat Ketergantungan pada Orang lain atau Benda.
Persepsi atau tanggapan yang terjadi karena
adanya perhatian, pengalaman imitasi, kebutuhan dan keinginan, senang dan tidak
senang yang diterima sejak masa konseptual. Tahap ini seperti yang dijelaskan
oleh piaget terjadi pada praoperasional, dimana anak mulai menggunakan
kognitifnya, baru mencoba merealisasikan segala sesuatu yang diperoleh dari
tahapan sensori-motorik. Anak pada masa ini tidak menerima segala sesuatu
secara langsung, melainkan berusaha untuk menunggu sesaat dan kemudian mulai
menerimanya, ia dapat menimbulkan situasi-situasi yang tidak langsung ada.
Biasa juga disebut dengan kemampuan untuk melakukan tingkah laku simbolik,
yaitu diawali dengan berpura-pura terlebih dahulu.
Pada masa perseptual ini segala informasi
yang diperoleh pada masa konseptual, kemudian dirangsang untuk mencoba
menanggapinya tanpa harus terlibat langsung ke dalam persoalan itu, atau
masalah yang baru ditanggapinya. Dengan kata lain anak tidak mampu mengambil
perspektif orang lain ( Belum mengerti sudut pandang orang lain). Misalkan anak
diminta memperhatikan tiga warna, Merah, hijau, dan kuning dari sudut pandang
orang lain, namun anak tetap melihatnya sesuai dengan pandang mereka, yakni
melihat warna, Kuning , hijau, dan merah.
Masa perseptual ini ditandai dengan sebutan
; 1) Semaunya sendiri ( Mengerjakan sesuatu tidak sesuai dengan kehendak orang
tua, (2) masa Negativisme ( Anggapan bahwa anak sering melakukan sesuatu yang
bertentang dengan kebiasaan-kebiasaan), ( 3) masa bermain ( anak dan bermain
tidak dapat dipisahkan), (4) masa prasekolah ( Usia anak sudah memasuki usia
sekolah), masa kelompok (Anak sudah dapat membedakan benda yang miliknya dan
milik orang lain), ( 6) masa keingintahuan ( Anak senang bertanya, menjelajah,
membayangkan, dan membandingkan).
C.
Egosentrisme
Egosentris adalah Pemusatan Pada Diri-sendiri,
Memandang segalanya pada diri-sendiri, merasakan sesuatu untuk dirinya Sendiri.
Rasa Egosentris yang Timbul pada Individu dikarenakan adanya Rasa Keingintahuan
terhadap sesuatu yang dipandang, yang diamati, dirasakan dan dipikirkan hanya
diarahkan pada dirinya saja. Tidak menempatkan dirinya pada orang lain.
Egosentrisme tidak sama dengan Egois. Egois
merupakan suatu sikap yang menunjukkan Ketamakan, Kepentingan, dan Kemauan yang
berlebihan terhadap Hak Orang lain terhadap Dirinya. Ketamakan dapat dilihat
misalkan pada Anak yang ingin menguasai semuanya Walaupun itu Bukan Miliknya
dan Bahkan Merusak. Egois Sebagai Salah Satu Sifat Mausia sangat merugikan
terutama dirinya sendiri.
Egosentris juga berlawanan dengan
Desentrasi, yaitu Individu mengadakan, melihat, dan mengamati objek dengan
benda-benda. Dengan kata lain anak sudah dapat membedakan dalam pengamatannya
dengan berbagai sudut, baik dengan menggunakan persepsi maupun pengamatan dan
perilaku individu itu sendiri.
Jadi, Egosentris menimbulkan perasaan ingin
tahu sesuatu yang sifatnya baru dan menarik bagi anak itu sendiri, atau biasa
sering melihat suatu benda yang ada di Sekitarnya. Ia tidak menghiraukan, namun
suatu saat ketika ia melihat benda yang sama, pada tempat yang sama, bersamaan
dengan rasa keingintahuannya, kemudian berusaha untuk menghampiri, meraba atau
memegangnya. Rasa keingintahuannya ini yang disebut Egosentris.
1. Egosentris terhadap Benda
Egosentris ini terjadi pada usia 0-4 tahun,
pada masa ini perhatian anak tertuju pada sesuatu yang baru. setiap kali
melihat benda atau sesuatu yang baru dan menarik, maka pada saat itu rasa
keingintahuan anak mulai muncul, dimana anak hanya sekadar ingin mengetahui dan
merasakan saja.
Sifat keingintahuan terhadap benda tersebut
mempunyai sifat sementara, setelah mengetahui dan merasakan maka anak akan
meninggalkannya, kemudian beralih kepada benda yang lain yang lebih menarik dan
yang baru dilihatnya, atau benda tersebut membuat rasa penasaran meskipun sudah
pernah dilihatnya.
Sesuai dengan tahapan perkembangan anak,
usia pada saat itu termasuk dalam konseptual, dimana rasa egosentris tertuju
hanya pada suatu benda yang diamati, untuk dikenal dan mengerti terhadap benda
tersebut. Anak belum mengerti kepunyaan siapa benda itu dan bagaimana benda
tersebut. Jadi apabila ada anak yang mengambil barang milik orang lain, itu
karena ia tidak mengetahui bahwa barang yang diambilnya itu milik orang. Hasil
observasi terhadap anak yang berusia 18 – 24 bulan menunjukkan bahwa;
1. Egosentris
muncul saat anak melihat suatu benda yang baru dan belum dikenal dalam
pengertiannya
2. Egosentris
ini tercapai saat anak mempunyai kesempatan untuk mengenal dan memegang beda
yang dilihat dan belum dikenalnya
3. Anak
akan meninggalkan benda yang dikenalnya bila benda tersebut tidak dapat
dieksplolarisasi
4. Rasa
egosentris bertambah besar saat benda yang diinginkan tidak dapat diraihnya
atau ada sesuatu yang menghambatnya.
Egosentris berubah menjadi egois saat anak
sudah kehilangan rasa keingintahuan dan memunculkan rasa takut kehilangan
terhadap benda yang menjadi pengamatannya.
Egosentris benda terhambat dikarenakan rasa
ketakutan atau banyak larangan terhadap anak yang baru muncul rasa
keingintahuan, sering disalahkan dalam memegang dan memainkan sesuatu, dan hal
ini memunculkan perilaku;
·
Suka mengganggu teman-temannya dengan
mencubit, memukul, dan mendorong
·
Suka merebut benda temannya atau mengambil
makanan temannya, mengumpat dan merusak mainan dan benda orang lain
·
Tidak mempunyai keinginan melakukan aktivitas
atas anjuran atau suruhan orang lain
·
Perhatian terpecah , sukar untuk konsentrasi
dan cepat lelah dalam melakukan aktivitas
·
Aktivitasnya berlebihan dan motorik kasarnya
yang lebih dominan daripada motorik halusnya, sehingga anak terhambat dalam
menulis. Sementara anak yang terpusatkan rasa keingintahuannya atau egosentrisnya
mempunyai kesempatan untuk menuangkan rasa keingintahuannya, maka anak siap
untuk melanjutkan perkembangan berikutnya.
2. Egosentris Perhatian
Egosentris perhatian terjadi pada anak usia
4 – 8 tahun, dimana pada masa ini anak sudah mulai melihat orang lain sebagai
objek yang dapat memberikan sesuatu kepadanya. Pada usia ini anak sudah mampu
mendifferensiasi terhadap benda maupun objek pengamatannya. Anak berusaha
mengambil perhatian orang lain untuk dirinya, atau meminta orang lain untuk
memperhatikan dirinya dan ia akan memperhatikan orang lain sebagai cara untuk
menunjukkan dirinya.
Rasa egosentris pada usia ini sesuai dengan
tahapan anak pada perseptual dan kongkritual, saat ini anak berusaha untuk
mendapatkan perhatian dari orang lain yang lebih dan menjadi pusat perhatian.
Rasa perhatian ditunjukkan melalui tingkah laku yang membuat orang lain
memperhatikan ( membuat orang ketawa, kesal dan marah)
Pada usia selanjutnya perkembangan
egosentris, yakni anak berusaha menunjukkan perhatiannya dengan melakukan
berbagai aktivitas agar dapat diperhatikan oleh orang lain. Egosentris anak
tidak lagi sebatas sementara melainkan menjadi penanaman kepercayaaan dan
keyakinan untuk melakukan aktivitasnya sendiri sesuai dengan kemampuan dan
potensinya.
Egosentris pada saat ini akan terlihat pada
;
1) Psikognitif,
yaitu bahasa yang diucapkan dan kata-kata yang disampaikan sudah berusaha untuk
dimengerti oleh orang lain dan berusaha untuk mengerti apa yang dibicarakan
orang lain.
2) Psikoafektif,
yaitu anak memberikan dan menuruti sesuatu apapun yang diminta orang lain dari
dirinya dengan mengharapkan sesuatu dari orang lain untuk dirinya
3) Psikomotorik,
dimana pada masa ini anak akan banyak beraktivitas di hadapan orang lain (
Bertingkah yang mengundang perhatian orang lain), misalkan anak akan bermain
atau melakukan aktivitas apa saja yang akan menarik perhatian, jika ada orang
dewasa atau orang yang lebih besar, maka ia akan menunjukkan aktivitasnya atau
lebih aktif lagi bermain.
3. Egosentris Penampilan
Egosentris pada saat ini berada pada usia
tujuh sampai akil baligh. Perkembangan egosentris anak adalah anak ingin diakui
keberadaannya, anak sudah merasakan dan dapat berfikir bahwa ia bagian dari
keluarga, dan bagian dari teman-temannya. Pada usia ini anak sudah mulai
mengerti dan dapat memahami apa yang dilakukan orang lain pada dirinya dan apa
yang diperbuat pada lingkungannya. Misalkan orang tua membicarakan sesuatu
persoalan dan mereka tidak diikutkan, maka mereka akan merasa disisihkan dengan
menunjukkan wajah yang tidak menyenangkan atau melakukan sesuatu yang menjadi
perhatian orang lain terhadap dirinya. Pada egosentris ini anak membutuhkan
suatu penerimaan dirinya dari lingkungan, baik dari orang tua maupun dari teman
sebaya. Agar dapat diterima anak sering menunjukkan sesuatu, baik perilaku
tertentu yang membuat orang lain memusatkan perhatian, maupun sikap yang
disukai baik orang tua maupun teman. Agar dapat diterima anak sering
menunjukkan sesuatu, baik perilaku tertentu yang membuat orang lain memusatkan
perhatian, maupun sikap yang disukai baik orang tua maupun teman.
Perilaku lain pada egosentris ini adalah
melakukan protes atas perlakuan orang lain terhadap dirinya, yakni dengan cara
mendiamkan, meninggalkan, atau masa bodoh ( seakan-akan tidak tahu/ mendengar)
terhadap perintah atau interfensi orang lain atas perilakunya. Kompromi juga
merupakan sikap dan perilaku pada egosentris ini, misalnya anak menunjukkan
kemampuannya agar dapat diterima sebagai bagian dari lingkungan, dan bahkan
mengikuti aturan dan perintah orang dewasa atau orang tua
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, dalam suatu proses perkembangan
terdapat adanya beberapa aspek – Aspek pada perkembangan manusia, yaitu
sebagian diantaranya adalah aspek Konseptual, aspek Perseptual, dan Aspek
Egosentris. Aspek konseptual menyangkut pemahamnnya terhadap objek-objek, aspek
perseptual, menyangkut objek yang dilihatnya sudah mampu ditanggapinya dengan
cara mengasosiasikan pengalaman sebalumnya, dan Aspek perkembangan egosentris
adalah Timbulnya rasa keingintahuan anak
terhadap objek yang menarik perhatiannya.
B. Saran
Sebagai manusia biasa, kami menyadari
kekurangsempurnaan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu dengan lapang
dada kami menerima segala kritikan dan sarannya demi perbaikan Sistematika
penulisan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Machmud
, Hadi. Psikologi perkembangan. CV
Shandra. Kendari. 2010
0 komentar:
Posting Komentar