Selasa, 23 Desember 2014

PERBINCANGAN NILAI DIKALANGAN



PERBINCANGAN NILAI DIKALANGAN
PARA FILSUF
Disusun guna memenuhi tugas Semester Gasal
Mata Kuliah          : Filsafat Dakwah
Dosen Pengampu  : Mas’udi, S.Fil.I.M.A.









DI SUSUN OLEH

 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN DAKWAH/BKI
2014

Pembahasan
Nilai menjadi salah satu cabang filsafat yaitu oksiologi terdidiri dari perkataan”axios”. Yang berrati nilai dan “logos” yang berarti ilmu jadi secaraharfiah aksiologi berarti ilmu tentang nilai.
Ada dua cabang filsafat yang membahas tentang nilai yaitu etika dan etetika. Etika membicrakan hal baik buruk perbuatan manusia, sedang estetika membicarakan indah tak indah pada sevi yang dibuat oleh manusia atau bukan manusia.
Fisafat etika mulai ada sejak abad kelima sebelum masehi dengan tokoh utamanya adalah Socrates. Menurut Socrates, suara pikiran terdapat didalam suara tubuh (asand mind in a sound body).maksud dari pendapat Socrates berkaitan mental. Seorang yang sehat bukan hanya pada aspek fisiknya saja, tetapi menyangkut jiwa yang terwujud dalam bentuk etika manusia. Menurut thrasymachus yang menyatakan bahwa keadilan adalah fungsi dari kekuatan (jusfice is the rule of the stronger) dan Protagoras menyatakan bahwa manusia adalah penentu segala sesuatu (man is the measure of all thigs) jawaban semakin sistematis tentang etika ketika plato mengkonstruk secara sistematis hubungan antara alam, manusia dan tuhan
Menurut plato, kebaikan itu terkait dengan realita dan realita itu ada didalam akal (otak), kemudian perilaku manusia yang bernilai digerakkan dari persepsi dan kesenangan fisik. Dari filsafat karakteristik sesuatu atau benda itu bernilai. Dimana sesungguhnya letak nilai itu? Pada barangnya atau pada orang yang menilai? Dari pertanyaan tersebut muncul dua pandangan yaitu kaum subjektif dengan kaumobjekfit.
-       Kaum subjektivis menunjukkan dengan jelas tentang subjektivitas nilai. Contohnya letak nilai pada perangko, yang terletak didalam kualitas kertas, atau dalam keindaan gambarannya atau dalam cetakannya,
-       Contoh lain nilai perangko tidak akan bernilai jika bukan orang yang mgemar filateli
1
1Poedjawiyatma, etika filsafat tingkah laku, Jakarta, Rineka cipta, 2003 hal 198

Nilai estetik juga tergantung pada serangkaian kondisi subjektif, nilai estetik akan dimiliki oleh sebuah lukisan jika orang itu memiliki mata. Dan begitupun dengan nila estetik music bagi orang yang tuli.1
Sedangkan kaum objektivitas mengatakan bahwa siapa orangnya yang mampu mempertaruhkan hidupnya hanya untuk menyelamatakan orang yang sedang tenggelam, terutama jika orang tersebut musuh kita, kita dapat melakukan penyelamatan apabila kita mau melakukan kewajiban kita menempatkan kewajiban diatas kesenangan dan ketidaksenangan kita.
Begitu juga kebenaran tidak tergantung pada pendapat individu, melainkan tergantung pada objektivitas fakta. Kaum objektivitas mengtakan ketidaksesuain mengacu pada benda bukan pada nilai, bukan pada nilai. Tak seorang pun yang bisa gagal menghargai keindahan, kalaupun terjadi karena orang tersebut tidak dapt mengenali kehadiran keindahan dalam objek tertentu.
Menurut frankel mengatakan “para pekerja social dan tenaga-tenaga profisonal lainnya menrima dan menghadapi tanggung jawab moral. Tanggung jawab moral yang lebih penting ialah menggunakan pengetahuan yang kita miliki untuk menilai kondisi dan disi actual dan akibat-akibat dari tujuan yang kita kejar serta meninjau kembali tujuan-tujan itu bila kita menemukan bahwa tujuan  tersebut bukanlah apa yang kita pikirkan atau harapkan. Nilai-nilai diterima, dikukuhkan dan dilembagakan dalam masyarakat dengan cara yang berbeda-beda. Contohnya adalah norma-norma social. Selain itu morma menjadi peraturan social yang mengkhususkan apa yang diharapkan atau apa yang boleh bagaimana, dan kepada siapa tanggung jawab atas atas peristiwa san akibat-akibatnya diletakkan.
Kaum hendonisme menyatakan bahwa dianggap baik bila mengandung kenikmatan dan kepuasan bagi manusia. Sementara bagi kaum vitalisme, baik buruk ditentukan oleh ada atau tidak adanya kekuatan hidup yang dikandung oleh objek yang dinilai manusia yang kuat tidak adanya kekuatan hidup oelh objek yang dinilai-manusia yang kuat ulet, cerdas, itulah manusia yang baik. Tetapi utiliterisme menyatakan bahwa yang baik adalah yang berguna kalau ukuran ini berlaku bagi perorangan, disebut kegunaan individual. Jika berlaku dalam masyarakat (Negara)disebut kegunaan social.
2
Bagi kaum sosialisme, masyarakat yang menentukan baik beruknya tindakan manusia yang menjadi anggotanya. Apa yang lazim dianggap baik oleh masyarakat tertentu, itu, baik, sementara bagi kaum humanisme, yang baik ialah yang sesuai degan kodrt manusia yatiu kemanuisaanya.
Selain itu aksiologi merupakan perubahan ilmu sejak masa revolusi industry yang juga disebut sebagai revolusi social. Revolusi industi member pergesaran dari industry rumah menadi padat modal. Dengan adanya persaingan dalam berdakwah memerlukan ilmuwan untuk melakukan penelitian dilapangan sebelum hasilnya dlempar kepasar. Peningkatan kualitas prodok sangat diperlukan untuk dapat memenangkan persaingan. Aksiologi ilmu kemudian diarahkan pada proses. Proses untuk meningkatkan mutu produk. Dalam hal ini produk dakwah da.i dan mad’u kemudian terus bekerja sama dan saling berinteraksi.2
Selain itu nilai dikalangan para filsuf yaitu tentang ada seperti etika dan estetika.  Etika sendiri kali dinamakan filsafat moral karena cabang filsafat ini membahas baik dan buruknya tingkah laku manusia. Jadi dalam filsafat ini manusia dipandang dari segi perilakunya. Pada zaman Socrates etika ini amat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dpat pula dikatakan bahwa etika ini amat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dapatpula dikatakan bahwa etika merupakan ilmu tentang kesusilaan, yang menetukan bagimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat. Jadi, dlam filsafat ini manusia juga dipandang dari segi perananya sebagai anggota masyarakat. Pada hakikatnya, nilai tindkan manusia ditentukan pada tempat dan waktu, dismaping itu baik dan buruknya perilaku manusia ditentukan sudut pandang masyarakat sebagai contoh, perilaku manusia ditentukan oleh sudut pandang masyarakat didaerah tertentu, dapat dianggap kurang sosila oleh alangan masyarakat didaerah lain.
Yang kedua estetika dalah seni dan keindahan merupakan persalan yang ditelaah oleh cabang dilsafat estika ini. Adapun yang ditelaah atau dibahas mengenai keindahan ialah kaidah mapun sifat hakiki an keindahan. Cara menguji kein dahan dengan perasaabn dan pikiran manusia, penilaian dan apresiasi terhadap keindahan. Meskipun pada dasarnya estetika sudah ditelaah sejak 2500 tahun yang lalu diberbagia daerah seperti babilonia mesir, india, china dan yunani, istlah estetika sendiri baru dikemukakan oooelh baungarten seorang filsafat jerman pula tahun 1750.
Plato mengemukakan pendapatnya bahwa seni adalah keterampilan memprouksi suatu, jadi apa yang isebut seni adlah suatu tiruan. Dikemukakan sebagai contoh bahwa lukisan tentang suatu pemandangan alam sesungguhnya adalah tiruannn dari pemandangan alam yang pernah dilihat oleh pelukisnya.
3
2Am Suwarma, Poedjiadi Anna, Filsafat Ilmu, Jakarta, Universitas terbuka, 2013 hal 18

Aristoteles sependapat dengan plato tetapi ia menggap bahwa seni itu penting karena seni berpengaruh besar bagi kehidupan manusia, sedangkan plato berpendapat bahwa seni itu tidak penting meskipun karya-karyanya yang berupa tulisan hingga sekarang dinyatakn orang sebagai karya seni sastra yang terkenal.
Sebagai cabang filsafat, setetika mengalami perkembangan dari zaman yunani kuno, zaman romwi, abad pertengahan hingga abad ke-20. Boleh dikatakan bahwa  setiap periode sejarah dan masyarakat menampilkan pemikiran tentang estetikanya sendiri. Ahli setetika islam myang terkenal ialah Abu nasr al-farabi (870-970) yang membahas terutama mengenai estetika dibidang music karena selain filsf dan ahli ilmu kealaman, ia juga seorang ahli music.3
Sebagai bapak etika islam, Maskawaih dikenal juga sebagia guru ketiga (Al-Mu’alimam Al-Tsalits), setelah Al-farabi, yang digelari guru kedua (Mu’alimam Al-Tsani). Sedangkan yag dipandang sebagia guru pertama (Mu’alimam Al-Awwal) adalah Aris toteles teorinya tentang etika secara rinci ditulis dalam kitabnya itu menjadi tujuh bagian bagian pertama membicarakan perihaljiwa yang merupakan dasar pembahasan akhlak. Bagian kedua membicarakan perihal kebajikan dan kebahagiaan yang merupakan inti pembahasan tentang akhlak.bagian keempat membicarakan perihal keadilan nagian kelima membicarakan perihal pengobatan penyakit-penyakit jiwa.
Sesuai denga pembagian kita tahzib menjai tujuh bagian, kita dapat melihat bahwa tiap-tiap bagian tidak hanya berbicaa tentang suatu topic khusus. Melainkan banyak hal lain juga yang dibicarakan masah jiwa, tidak secara tuntas maslahnya diselelesaikan, perihal kekuatan jiwa dibicarakan dalam bagian kedua. Dalam bagian pertama yang membicarakan masalah jiwa, tidak secara tuntas masalahnya diselesaikan, perihal kekuatan jiwa dibicarakan dalam bagian kedua. Dlam again ketiga dibicarakan juga keabadian jiwa yang menurut aristoteles.
Dalam teori estika musyawarah bersumber pada filsafat yunani peradaban Persia ajaran syariat islam dan pengalaman pribadi. Engaruh plato, aristoteles dan calen amat jelas dalam teori etika maskawaih. Usaha maskawaih adalah mempertemukan ajaran syariat islam dengan teori-teorietika dalam filsafat.
3Zaprukhan, Filsafat Umum, Jakarta, Raja Grafindo Persada 2012 hal 21

4
Dengan kata lain manusia dapat berusaha mengubah watak kejiwaan aatrahnya yang tidak baik menjadi baik. Manusia dapat mempunyai khuluq yang bermacam-macam baik secara cepat maupun lambat, hal ini dapat dibuktikan ada perubahan-perubahan yang dialami anak dalam masa pertumbuhannya dari suatu keadaan kepada keadan lain sesuai dengan lingkungan yang mengelilingnya dan macam pendidikan yang diperolehnya.
 Maskawih menetapkan kemungkinan manusia mengalami perubahan-perubahan khuluq, dan dari sei inilah maka diperlukan adanya aturan-aturan syariat, diperlukan adanya nasihat-nasihat dan berbagia macam ajaran tentang adab sopan santun.
Adanya itu semua memungkinkan manusiadengan akalnya untuk memilih dan membedakan mana yang seharusnya dilakukan dan mana yang seharusnya ditinggalkan. Dari sini pula maskawah memandang penting arti pendidikan lingkungan bagi manusia dalam hubungannya dengan pembinaan akhlak.4
 Maskawaih menyebutkn adanya keutamaan lain, selain empat macam kenutaan moral tersebut yaitu keutmaan jiwa yang lebih sesuai dengan ketinggian martabat jiwa, yatiu berusaha memiliki pengetahuan, dan kesempurnaan jiwa yang sebenarnya adla dengan pengetahuna dan bersatu dengan akal aktif. Dalam ha yang disebutkan terakhir ini, jelas maskawaih emperleh dari Socrates yang mengtakan bahwa keutamaan adlah pengetahuan dan dari neo-platonisme yang mengatakan bahwa pucuk keutamaan adlah bersatudengan akal aktif. Selanjutnya meningkat terus hingga bersatu dengan tuhan, tidak hanya orang yang mencapai kebehagian tertinggi jiwanya akan tenang. Merasakan nikmat atas kelezekan yang tertinggi pula. Bagiannya tidak menjadi masalah apakah dunia kepadanya atau meninggalkannya, apakah dunia kotor dan bersih. Dia pun tidak merasa susah dan sedih berpisah dengan orang yang dicintainya. Akan dilakukannya segala yang menjadi kehendak Alah, tidak berkhidmat kepada  Allah, juga tidak akan berkhianat pada diri sendiri.
Dalam usaha mencapai kebahagiaan manusia selalu memerlukan pedoman syariat yang membrikan petunjuk dan meluruskan jalan mencapai kebijaksanaan, guna mengatur dirinya sendiri sampai akhir hayatnya.
Syari’atlah yang memerintahkan manusia untuk melakukan hal-hal yang terpuji karena asalnya dari Allah. Syariat hanya memerintahkan kebajikan dan hal-hal yang akan menyampaikan manusia kepad kebahagiaan tertinggi.
5
4M.Yusuf Musa, Filsafat al-akhlaq Fi al-islami, cairo, 1963 hal 81-84

Maskawaih menekan bahwa hakikat manusia adalah makhluk social pendiriannya tentang etika pun menekankan bahwa manusia jangan hanya memperhatikan dirinya sendiri saja, tetapi juga harus memperhatikan orang lain. Akhlak masyarakat hendaknya diusahakan juga bisa tersosialisasikan dalam masyarakat,
Selain itu dalam (mahabbah) sebagai salah satu unsur dari etika. Cinta menurut ada dua macam = cinta kepada Allah dan cinta kepada manusia, terutama cinta seorang murid kepada guru, tetapi cinta murid kepada guru dipandang lebih mulia dan lebih berperanan. Guru adalah apak rotan bagi murid-muridnya.5
TIGA FILSUF BESAR ADALAH
-          Socrates adalah salah satunya, beliau hidup antara tahun 469-399 SM adalah seorang filsuf Yunani. Ia sangat menaruh perhatian  pada manusia dan menginginkan agar manusia itu mampu mengenali dirinya sendiri. Menurutnya, jiwa manusia merupakan asas hidup yang paling dalam. Jadi jiwa merupakan hakikat manusia yang memiliki arti sebagai penentu kehidupan manusia berdasarkan pandangannya itu. Ia tidak mempunyai niat untuk memaksa orang lain menerima ajaran atau pandangan tertentu. Ia justru mengutamakan agar orang lain dapat menyampaikan pandangan mereka sendiri. Untuk itu, ia menggunakan metode dialektika, yaitu denan cara melakukan dialog dengan orang lain. Sehingga orang lain dapat mengemukakan atau menjelaskan pandangan atau idenya. Dengan demikian, dapat timbul pandangan atau alternative yang baru. Secrates tidak meninggalkan tulisan-tulisan mtantangan pandangannya, namun pandangan Socrates tadi dikemukakan oleh palto salah seorang m uridnya.
-          Yang ke2 plato
(427-347SM) mengemukakan pandangannya bahwa realitas yang mendasar adalah idea tau idea. Ia percaya  bahwa alam yang kita lihat atau alam empilis yang mngalami perubahan itu bukanlah realitis yang sederhananna.
Dunia penglihatan atau presepsi, yakni dunia yang konkret itu hanyalah bayanagan dari ide-ide yang bersifat abadi dan imam terial plato menyatakan bahwa ada dunia tangkapan indrawi atau nyata, dan dunia ide. Untuk memasuki dunia ide diperlukan adanya tenaga kejiwaan yang besar dan untuk itu manusia harus meninggalkan, keiasaan hidupnya, mengendalikan nafsu serta senantiasa berbuat kebajikan. Plato menyatakan pula bahwa manusia terdiri atas tiga tingkatan, yaitu bagian tertinggi bahwa ditempati oleh nafsu. Akal budilah yang dapat digunakan untuk melihat ide serta menertibkan jiwa-jiwa yang ada  pada bagian tengah dan bawah.
6
5 ibid hlm 86-89

Perlu anda ketahui plato meninggalkan lebih dari 30 buah tulisan dalam bentuk sastra yang mengandung keindahan dan kemurnian. Tulisan-tulisannya yang berawal mengemukakan pandangan Socrates, sedangkan yang akhirn menyatakan pandangannya sendiri. Plato mendirikan sekolah dan salah seorang muridnya yang pandai ialah aristoteles yang dikemudian hari dikenal sebagai seorang pemikir dan penulis yang amat berpengaruh.6
-          Pendekatan nilai
Dalam kehidupan sehari-hari istilah”nilai”sering kali digunakan sebagai contoh,”Tati merasa bahwa pengalaman mengikuti kursus menjahit sangat bernilai karena dengan pengetahuan tersebut ia dapat mengurangi beban orang tuanya dengan menerima pekerjaan menjahit”. Contoh kedua “andi sangat kecewa terhada nilai yang diperoleh karena semua materi yang telah dihafal tidak ditanyakan dalam ulangan yang lalu”.
Pada contoh pertama istilah”bernilai”berarti”berharga”,sedangkan dalam kalimat pada pada contoh kedua “nilai”berarti”angka”, menurut ensiklopedia Indonesia pembicaraan tentang nilai dalam filsafat sering dihubungkan dengan kebaiakan. Ada dua pandangan tentang nilai yang pertama berpandagan bahwa nilai merupakan tertinggi dari perilaku manusia dan dijunjung tinggi oleh sekolompok masyarakat serta digunakan sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Pandangan lain menganggap bahwa nilai merupakan hal yang bergantung kepada penangkapan dan perasaan orang yang menjadi subjek. Nilai disini merupakan tujuan dari kehendak manusia yang benar, ditata menurut susunan tingkatannya. Ada yang menyusunnya dari nilai bawah. Pertama-,pertama dinilai dengan nilai hedonis (kenikmatan) lalu nilai utilitaris (kegunaan), kemudian berturut-turut nilai dari segi biologi nilai dari estetika (keindahan, kecantikan), nilai-nilai pribadi(susila, baik) dan paling tinggi adalah nilai religious.
Pendekatan nilai religius misalnya untuk meningkatkan ketakwaan kepada tuhan dilakukan sebagai berikut. Dalam membahas toipik pemapasan guru atau da’I dapat menjelaskan bahwa udara yang digunakan untuk kehidupan manusia adlah ciptaan tuhan. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita selalu bersyukur kepada tuhan.
6Poespopdradjo, Filsafat moral, Bandung, Remadja Karya, 1988

7
Tiak hanya itu saja nilai bagi kaum/paham PARAGGMATISME adalah aliran ini dapat dipandang sebagai kreasi filsafat yang berasal dari amerika, paragmatisme dipengaruhi oleh pandangan empirisme, utilitarisme, dan positivism. Selanjutnya perlu anda pahami bahwa para ahli yang mendukung timbulnya paragmatisme di Amerika, misalnya Charles Sanders Piere (1839-1914) yang mengembangkan criteria paragtisme  tidak menemukan kebenaran tetapi menemukan arti atau kegunaan. William James (1842-1910) menyatakan bahwa pengetahuan yang bermanfaat adalah didasari oleh eksperimen. Selanjutnya, perlu anda pahami pahami ini dikenal dengan instrument talisme. John Dewey (1859-1952) yang mengarahkan paragmatisme sebagai filsafat sistematik Amerika dengan menyebarluaskan filsafat pada masyarakat Amerika yang terdidik. Menurut Dewey, misi filsafat adalah kritis, konstruktif dan rekonstruktif. Selanjutnya, perlu anada pahami bahwa implikasi paragmatisme dalam pendidikan tanpak jelasdalam rumusan tujuan pendikannya menggunakan pengalaman alat menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi ataupun kehidupan masyarakat.7
Kaum humanis juga mengemukakan pendapatny yaitu sebagai berikut
Sejak zaman kuno hingga pertengahan abad ke-4, pendidikan diyunani dan romawi mempunyai tujuan jelas yakni membentuk manusia menjadi warga Negara yang baik dan berguna bagi Negara dan bangsa. Mulai abad ke-5 hingga ke-14, yang dalam sejarah eropa, disebut sebagai abad pertengahan tujuan pendidikan dimasuksudkan untuk mencapai kebahagiaan hidup abadi dan mengatasi kebutuhan duniawi.
Perlu adna ketahui bahwa dalam abad kegelapan yaitu dari abad ke-5 sampai dengan abad ke-10, justru dinegara-negara timur mulai timul perkembagan pesat dalam ilmu kealaman. Sejak abad ke-15 yang disebut dengan masa kebangkitan kembali atau renaissance yang berkembang di Italia, timbul pandangan humanism yang didukung oelh berbagai penemuan, seperti mesin ceta kesuksesan misi pelayanan Columbus menginjakkan kakinya dibenua Amerika dan misi pelayaran Vasco digamma samapai keindia.
Humanisme memiliki dua arah, yakni humanisme individu dan humanisme social. Humanisme individu mengutamakan kemerdekaan berfikir, mengemukakan pendapat dan berbagai aktivitas yang kreatif. Kemampuan ini disalurkan melalui kesniaan kesusastraan music, teknologi, dan pengusaan tentang ilmu kealaman. Jumanisme social mengutamakan pendidikan bagi masyarakat keseluruhan untuk kesejahteraan social dan perbaikan hubungan antar manusia.
Selain itu paham  hedonisme  juga menyatakan bahwa sesuatu yang baik bila mengandung kenikmatan. Selain itu manusia diperlengkapi dnegan berbagai daya kemampuan (faculty). Ada kemampuan indrawi, intelektual, dan spiritual. Perwujudan dan pemenuhan daya-daya kemampuan itu membawa rasa nikmat tersendiri  kita mengenal beberapa tingkat dan macam kenimatan.
8
7 Mustofa.A.H. Filsafat Islam, Bandung, Cupustaka Setia, 2009 hal 11 - 13


   Ada kenikmatan indrawi karenan dorongan panca indra, satu eberapa atau semua, terpenuhi. Kenikmatan intelektual merupakan buah pemenuhan baru, lebih mendalam, lebih berarti, diperoleh. Kenikmatan estetis terjadi manakala hasrat akan keindahan manusia mendapatkan saluran lewat imajinasi atau karya seni.
Kenikmatan etismoral dialami manakala manusia berhasil memahami, mempraktikkan dan menghayati nilai-nilai etis moral. Kenikmatan religious mendatangi manusia jika berhasil memahami dan menghayati nilai=nilai religious, apa lagi bertemu dengan “realitas Tinggi” tuhan yang dipuja dalam paham ini bahwa kenikmatan khususnya kenikmatan pribadi, merupakan nilai hidup tertinggi dan tujaun utama serta terakhur hidup manusia.8
Kenikmatan merupakan kenyataan hidup. Dengan frekuensi, kadar dan bentuk yang berbeda orang suka merasakan kenikmatan. Yang satu dapat lebih kerap dari yang lain. Yang satu lebih cenderung pada kenikmatan dalam kadar yang sederhana,. Yang lain lebih pada kenikmatan yang mewah. Yang satu lebih suka pada bentuk kenikmatan indrawi. Yang lain pada kenikmatan estetis. Etis moral, atau religious.
Demikian pula bagi mereka yang mementingkan nilai etis, moral,religious. Dengan demikian kenikmatan menjadi perkara subjektif. Karena bagi subjek atau orang-orang yang menikmati, hal-hal yang mendatangkan kenikmatan berbeda-beda, hedonism sebagia prinsip moral menjadi relative menurut orang perorangan. Karena relative sulitlah kenikmatan menjadi prinsip etis.
Oleh karena itu mudah terjadi dan dimengerti bahwa hendonisme kerap berhenti pada pencaian kenikmatan sensual, indiawi, ya dapat dirasakan secara lebih cepat danlebihdekat. Dari penyempitan arti itu hendonisme menjadi tak terpisahkan dari sikap konsumeristis, “konsumerisme” konsumerisme merupakan sikap hidup yang lebih mau menikmati dari pada menahan, mengonsumsi dari pada membuat sendiri : lebih suka mendapat dari pada member.
9
8ibid hal 17-19

Bila sikap hendonisits berlanjut, sikap konsumeristis itu mengikuti karena bagaimana mungkin orang dapat memperoleh kenikmatan indrawi bila tidak dengan mengkonsumsi sambil tanpa susah payah mengusahakan hal yang dikonsumsi ala mental konsumeristis. Secara umum, kenikmatan tidak dapat dijadikan nilai etis yang paling tinggi dan dijadikan dasar pendirian untuk menilai baik. Buruknya hal, perkara, perbuatan. Sebab kenikmatan itu bermacam-macam tingkat dan bentuknya dan bersifat subjektif, benda untuk masing-masing orang dan relative, menurut orang perorangan yang merasaka.
   Kenikmatan makin tak dapat dijadikan cita-cita dan kriteria etis manusia justru berpangkal pada sifat rohaninya. Itulah kelemahan hendonisme. Adapun kelemahan itu masih diperbesar  karena dalam praktk hendonisme diikuti oleh konsumerisme, sikap hanya mau mengonsumsiyang berat sebelah itu.9
Selanjutnya paham
Utilitarianisme
            Istilah utili tarianisme diturunkan dari kata latin utilis, yang berarti berguna, berfaedah menguntungkan. Utilitiarisme merupan suatu paham etis berpendaat bahwa yang baik adlah yang berguna, berfaedah, menguntungkan, dalam praktik utili tarianisme mudah menjadi subjektivisme terjadi, jalan menuju kerelativisme terbuka lebar. Pandangan tentang yang berguna, bermanfaat, menguntungkan berbeda dari orang keorang, alias realitif.
            Kedua utilitarianisme amat memerhatikan akibat dan bukan hakikat perbuatan atas nama utilitarianisme. Orang tidak perlu sibuk dengan pemikiran tentang apa hakikat. Perbuatan, tetapi apa akibatnya bagi hidup kita. Karena itu utilitytarianisme dalam praktik mudah mengesampingkan fakta kemanusiaan dan etis dasar itu secara langsung menampakkan ketidakgunaan, ketidak manfaatan, dan kerugiannya. Atas nama keuntungan sebagia besar orang dan masyarakat orang yang berprinsip utilitarianisme dapatdengan tenag melanggar hak asasi manusia seperti hak milik.
Ketiga utilitarianisme mendorong tumbuhnya semangat seketika (ibnstant), langusng (immediate, dan pandangan pendek (short sight), kegunaan, manfaat keuntungan merupakan hal yang memenuhi kebutuhan. Para psikolog membedakan antara kebutuhan nyata(real need) dan kebutuhan nyata (unreal need), kebutuhan yang terasa (felt need) dan kebutuhan tak terasa (unfelt need)  serta kebutuhan langsung(immedianteneed). Kebutuhan nyata belum tentu terasa, sednagkan kebutuhan tak nyata mudah dirasa. Kebutuhan yang langsung lebih mudah terasa dari pada kebutuhan tak langsung, atau berjangka panjang.
10
9Muhammad Sulthan, Desain Ilmu Dakwah, Yogyakarta, pustaka pelajar & Walisanga press, 2003 hal 144
Utilitarianisme sebagai prinsip etis bernada logis dan universal. Akan tetapi, cara berpikir bukan berpangkal dari moralitas dan etika, melainkan dari keenakan dan kelayakan kegunaan, eks pendiansi, karena itu, bila dilaksanakan secara konsokuen, mudah melanggar hak asasi manusia, prinsip moral etis, serta berimensi, dangkal.
Utilitarianisme memuat beberapa implikasi yang bertentangan dengan perasaan moral yang biasa.10
-          Pertama, utilitarianisme hanya mengenal kewajiban. Orang selalu wajib mengusahakan apa yang mengetahui apa yang boleh dilakukan. Boleh artinya tidak wajib tetapi juga tidak dilarang. Tentang yang boleh ulitarianisme diam seakan-akan semua tindakan menyangkut kewajiban.
-          Yang kedua adalah kelebihan kalau utilitarianisme menuntut agar dalam semua semua tindakan kita harus memperhatikan dampaknya atas semua orang yang terkena.
-           Ketiga bahwa utilitarianisme tidak mencukupi sebagi prinsip dasar etika. Juga dapat ditarik sebuah pertimbangan yang lebih funfamental. Sma dengan semua etika teleologis utilitarianisme tidak dapat mendasrkan dirinya sendiri.
            Paham lain yang memberikan standar kebaikan adlah agama yang menyatakan bahwa baik adalah sesuai dengan kehendak tuhan. Menurut islam baik direntang menjdai lima katagori= baik sekali (wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram). Kebaikan tertinggi yang merupakan tujaun, menurut islam berkaitan dengan kebahagiaan yang universal.Kebaikan yang berhubungan dengan tujaun ini dapat dibedakan kebaikan sebagia tujuan terakhir (summum bonum) dengan kebaikan sebagai cara/jalan/sasaran/ alat untuk sampai kepada tujauan akhir tersebut. Didalam akhlak islam, antara baik sebagai alat/cora/ tujuan sementara, harus sejalan dengan baik sebagai tujuan terakhir artinya cara untuk mencapai tujuan baik (sebagai tujuan sementara dan tujuan akhir) berada alam satu garis lurus yaitu bergasarkan satu norma yang bersumber dari tuhan. Disamping itu untuk mencapai tujuan baik harus dengan jalan yang baik dan benar. Sebagai contoh untuk menjadi sarjana, ia harus belajar  untuk belajar ia perlu buku-buku  dan kitab-kitab sebagi referensi. Untuk mempunyai buku-buku dan kitab-kitab ia harus membeli atau pinjam perpustakaan, tidak boelh ia mengambil kepunyaan orang lain atau mengambil buku dari perpustakaan.
Selain etika dalam filsafat nilai juga dibahas tentang estetika (keindahan) didalam kehidupan, indah lebih berpengaruh ketimbang baik. Orang lebih tertarik pada rupa ketimbang pada tingkah laku. Orang yang tingkah lakunya baik (etika), tetapi kurang indah (estetika), akan dipilih belakang yang dipilih lebih dahulu orang yang indah. Sekalipun kurang baik.11
11
10Ahmadi Abu, Filsafat Islam Toha Putra, semarang, 1982 hal 195
11 ibid hal 200

Menurut plato keindahan adlah realitas myang usngguh-sungguh suatu hakikat yang abadi atau tidak berubah. Baginya keindahan suatu objek bukan berasal dari objek itu, keindahan itu menyertai obejek  tersebut dan bersifat metatisis, bagi Plotinus, keindahan adlah pancaran akal ilahi, bila ilahi memancarkan dirinya atau memancarkan sinarnya, maka itulah keindahan. Sementara kant menilai dari sisi psikologi. Bagi kant indah itu sifat objek, karenanya bisa dinilai sama terhadap obejk tersebut. Contohnya, seseorang anak atau dewa, orang bodoh pintar akan menilai sama terhadap indahnya bunga, kicau burung. Rumah binatang peliharaan. Dan sebagainya untuk itulah, indah dan tindaknya suatu berkaitan dengan pskilogis seseorang, terutama terkait dengan ketelitian, kelurusan, kesimbangan, keselarasan, dan koordinasi. Dalam pratik dilapangan, ada tiga macam nilai yang perlu dikembangka karena ketiga ,nilai tersebut mempengaruhi kita dan tidak akui keberadaannya, maka akan mengalami konflik dalam diri kita.
Pertama nilai universal. Nilai universal berlaku untuk semua manusia. Fakta kita semua mempunyai jiwa kemanusiaan dan jiwa spiritual, nilai universal adalah aspek-aspek kesadaran atau kualitas jiwa yang memancar diri dari kita.Nilai universal           ini tidak mudah diwujudkan secara konsisten arena lebih bersifat pribadi. Nilai universal berlawan dengan nialai budaya. Beberapa contoh nilai universal adalah kebenaran kecantikkan, kebaikan kerjasama, kesatuan kebahagiaan . kedamaian, cinta, keadilan, keberanian, penerimaan dan respek.
Kedua nilai budaya adlah nilai-nilai yang ada dimasyarakat atau budaya yang dimiliki oelh masyarakat. Nilai budaya tidak bersifat universal dan tidak bersifat personan, melainkan bersifat kolektif.
Ketiga, nilai personal adalah hasil dari pengkondisian dan tingkat kesadaran kita. Nilai personal dapat dinilai dari kepribadian atau dari jiwa seseorang. Nilai personal dapat menjadi egois, terbatas dan sangat kondisional. Semua wacana filsafat moral itu mengantarkan kita memahami argumentasimoral setiap tindakan sekaligus mengerti bagaimana tindakan terbaik yang membuat hidup bijaksanaan. Apada titik inilah idealnya moral memang bukan hanya berbicara mengenai argumentasi yang mendasari setiap perbuatan baik atau buruk, benar dan salah melainkan juga benar-benar membawa kita mampu mengaplikasikan secara factual. Sehingga melalui nilai moral, diharapkan kita mampu membedakan antara yang baik dan buruk, yang benar dan salah, sekaligus menjalani kebenaran dan kebajikan serta menyisihkan keburukan dan kesalahn. Saat itulah, nilai moral menjelma salah satu lentera yang membimbing kita bertemu dengan kebijaksanaan hidup.12
12 Basit Abdu, Filsafat dakwah, Jakarta, Raja Gratindo persada, 2013 hal 201


12
 
Daftar pustaka
Poedjawiyatma, etika filsafat tingkah laku, Jakarta, Rineka cipta, 2003
Am Suwarma, Poedjiadi Anna, Filsafat Ilmu, Jakarta, Universitas terbuka, 2013
Zaprukhan, Filsafat Umum, Jakarta, Raja Grafindo Persada 2012
M.Yusuf Musa, Filsafat al-akhlaq Fi al-islami, cairo, 1963
Poespopdradjo, Filsafat moral, Bandung, Remadja Karya, 1988
Mustofa.A.H. Filsafat Islam, Bandung, Cupustaka Setia, 2009
Muhammad Sulthan, Desain Ilmu Dakwah, Yogyakarta, pustaka pelajar & Walisanga press, 2003.
Ahmadi Abu, Filsafat Islam Toha Putra, semarang, 1982
Basit Abdu, Filsafat dakwah, Jakarta, Raja Gratindo persada, 2013

0 komentar:

Posting Komentar