Senin, 29 Desember 2014

TUGAS UJIAN SEMESTER GASAL SOSIOLOGI DAKWAH



TUGAS UJIAN SEMESTER GASAL
SOSIOLOGI DAKWAH
Dosen Pengampu : Irzm Farihah,S.Ag.M.Si






DI SUSUN OLEH



 


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN DAKWAH/BKI
2014

Sisi LainSorang Ustadz
Nama                           : Abdu Munif
Tempat,Tanggal Lahir : Jepara, 12 Oktober 1985
Alamat                        : Kedungasarimulyo Rt 06 Rw 02 Welahan Jepara
Asal Sekolah               : SDN 1 Kedungsarimulyo
                                      MTS Balekambang
                                      Ponpes Balekambang
Pekerjaan                     : Guru dimadrasah Miftakhul Ulum
Data dari Anaknya Pak ustadz
Nama                           : Muhammad Arsyad Amirul Wildan
Tempat,Tanggal Lahir : Jepara, 5 April 2006
Alamat                        : Kedungasarimulyo Rt 06 Rw 02 Welahan Jepara
Asal Sekolah               : SDIT Al-Husna Mayong
                                      SDIT Sultan Agung Kalinyamatan Jepara 
                                      SDN 1 Kedungsarimulyo
Pekerjaan                     : Siswa

Inilah hasil wawancara saya kepada seorang ustadz dan anaknya yang kami wawancara pada hari minggu 30 November 2014 dan hasil wawancaranya adalah anaknya seorang Ustadz yang bernama wildan ini, sejak lulus dari bangku TK disekolahkan ayahnya dimayong sambil mendalami ilmu agama, awalnya baik saat bersekolah di SDIT Al HUSNA Mayong Jepara, tetapi proses elajar mengajar baru beralan 3 bulan atau tengah semester tetapi kelukuan atau tingkah laku anaknya pak ustadz sudah menyimpang seperti saat janya ngaji tidak mengaji, saat jamaah sholat jamaah ternyata tidak berjamaah malah asik bermain sendiri, sehingga membuat guru merasa perlu untuk memanggil orang tuanya untuk kesekolahan, panggilan yang pertama surat itu diberikan kepada anaknya langsung tapi tidak diberikan kepada orang tuanya, panggilan yang ke2 diberikan langsung dengan dating langsung kerumah pak Ustadznya, dan dengan penuh kebingungan pak ustadznya itu pun datang ke sekolah untuk memenuhi panggilan tersebut. Setelah sampai disekolahnya langsung bertemu walinya dan diceritakan semua bagaimana sikap anaknya selama disekolah dan dipondok, dengan terkejut seklai sikap pak ustadz saat diceritakan dari guru dari anaknya, selama ini anaknya dirumah menjadi baik dan tidak seperti itu, setelah berunding sang anak pun pindah kesekolah yang lain pada tahun ajaran yang baru, alasannya dipindah karena  mau memberikan yang terbaik untuk anaknya, dan diterimalah disekolah yang bar yang berada dikalinyamatanjepara da harus dengan mondok juga. Selain itu untuk memperketat agar tidak seperti yang sudah terjadi, tetapi kenyataan tidak semudah itu lagi-lagi wildan sapaan akrabnya membuat ulah disekolah barunya, dengan tingkah yang sama, tetapi pak ustadz munif tidak kehilangan semangat, terus menasehati anaknya agar seperti anak-anak yang lain. Tetapi dengan penuh cobaan dan godaan dating, sehingga kadang terbesik dipemikiran pak ustadz apakah dia menjadi orang tua terlalu keras atau terlalu lemah. Apa karena ada factor yang lain yang membuat anaknya seperti itu, karena pada dasarnya anaknya tidak seperti itu dan akhirnya dengan sangat terpaksa pak ustadznya memindahkan sekolah anaknya ditempat yang umum atau bisa dikatakan berbasis Negeri atau tidak ada system pesantrennya.
            Tetapi masih tetap perlakuannya kepada anaknya dengan menjunjung tinggi agama diatas segalannya. Itupun dengan hasil musyawaroh dengan sangat lama dan ternyata alasan anaknya pak ustadz berprilaku menyimpang ini adalah karena factor luar yaitu factor teman dan lingkungan. Setelah itu tidak berhenti disitu saja. Karena sang ayah yang kebetulan dikalangan masyarakat dipandang sebagai seorang Da’I  dan guru madrasah ini disebagian mad’unya mencerca menilai negative  sang ustadznya ini karena telah dianggap gagal oleh mad’unya gagal dlaam hal mendidik dan menasihati anaknya sendiri. Hal ini pun sesuai apa yang ada dalam pepetah semakin tinggi sebuah pohon  maka akan semakin besar terjangan anginnya. Itulah sebuah padanan kata yang menggambarkan sosok pek ustadz munif ini tak sedikit fitnah keji yang dilontarkan orang-orang atau mad’unya yang membencinya yang bertujuan untuk merusak nama baiknya. Namun beliau tetap berusaha mengkondisikan parananya sebagai ustadz secara maksimal. Padahal dalam bertindak beliaupun melakukan apa yang seharusnya dilakukan bukan pa yang sesungguhnya dilakukan. Meskipun dalam kondisi seperti ini beliau tetap mempertahankan imagenya dihadapan mad’unya seolah tidak ada masalah dirumah. Karena sang ustad sendiri pun menyadari apa yang ia jalani sebagai profesi da’I akan mendapat ujiannya sendiri yang menyimpang dari norma-norma kesopanan dan agama. Sehingga mengingatkan kembali kisah-kisah para nabi terdahulu saat menyebarkan agama dan mendapat tantangan atau cobaan dari sekelilingnya seperti kisahnya nabi nuh anaknya sendiri tidak menaiki perahu bersama ayahnya dan akhirnya tenggelam.1
1Margaretm.poloma,sosiologi kontomporer.raja grafindo persada,Jakarta,2005 hal 229

Hal itulqah yang selalu ditancapkan dihati, tetapi ada juga mad’unya yang masih setia kepada pak ustadz, malah ada yang member semangat, dorongan agar selalu sabar dalam menasihatiputeranya. Tetapi ihat sanubarinya pak ustadz mengundang berbagai problem, dihati pak ustadz terjadi gejolakhati atau istilahnya konflik batin yang dialami sang ustadz, dalam batinya manangis kenapa cobaan terletak pada dirinya, padahal beliau orang yang disegani dalam masyaraat dan warga sekitar tetapi gagal mendidik anaknya sendiri disinipun pengertian konflik sendiri adalahh salah satu bentukinteraksi dimana tempat, waktu serta intensitas dan lain sebagainya tunduk pada perubahan, konflik bisa terjadi dalam ikatan kelompok.2
 cara peyelesaiannya pun berbeda-beda. Menurut coser waluapun berat bagaimana masalahnya ketika konflik meledak dalam hubungan-hubungan yang intim-intim yang dimaksud adalah keluarga. Keluarga dalam hal ini mungkin bisa dari ayah, ibu, anak ataupun istri, coser juga menegaskan bahwa tidak adanya konflik tidak bisa dianggap sebagai petujuk kekuatan dan stabilitas dari hubungan konflik-konflik yang diungkapkan dapat merupakan tanda-tanda dari hubungan-hubungan yang hidup sedangkan tidak adanya onflik itu dapat berarti penekanan masalah-malah yang menandakan kelak akan ada suasana yang benar-benar kacau.
Itulah gambaran dan pengertian konflik yang terjadi dalam hati pak ustadz sebenernya dalam hatinya menangis, karena anaknya mempunyai perilaku yang sangat menyimpang, seperti menyemir rambut diusia yang masih duduk dibangku sekolah dasar perlakuan yang lainnya adalah bolos sekolah, terus saat berbicara kurang begitu sopan dan seperti kebalikannya pada sang ayahnya yang tugasnya menasehati para orang, tetapi anaknya malah membuat nama baik ayahnya hancur dan retabilitas sebagai da’I menjadi tercoreng dan konflik yang terjadi didalam diri pak ustadz ini konflik batin cara penyelesainnya pun dengan cara berserah diri kepada allah dan tidak putus-putus menasehati anaknya, agar kembali tidak menyimpang kalau dari segi anaknya. Sang anak ini mempunyai konflik batin juga. Diisi hatinya dia terbujuk oleh temannya karena di penasaran dan rasa ingin tahunya tinggi disisi yang lain dia sebenarnya takut terhadap ayahnya yang seorang terpandang, apabila dia menyimpangkan yang disoroti pertama kali adalah ayahnya hal ini pun sesuai dalam sosiologi kalau ayah adlah tolak ukur sebuah keluarga yang harmonis.3
Selain teori koflik yang dapat diterapkan dalam diri pak ustadz ini, teori dramartugi bisa juga diterapkan. Adapun pengertian dramaturgi adalah bergaya diatas panggung sandiwara oleh bahasa teater telah demikian mengkaetkannya didalam sosiologi dari mana studi ini diangkat maka akan terlibat masalah nilai pada saat kita mencoba membicarakan masalah panggung sandiwara dan disana memang kita pamerkan serta kita sajikan kehidupan kita dan memang itulah seluruh waktu yang dimiliki. Akan tetapi seperti apakah wujud panggung tersebut dan bagaimanakah sosok manusia yang terlibat didalamnya.4
2Coser lewis A, the functions of social conflict, the free press, new York, 1956 hal 113
3Aisyah siti, pendidikan anak yang sesua dengan perkembangan, universitas terbuka, Jakarta 2013 hal 24
4Sudarmisri, sosiologi, pusat perbukuan dapertemen pendidikan nasional, Surakarta 2009 hal 73

Didalam kebanyakan teori-teori sosiologi, tekanan utama pada umumnya diberikan pada kelompok atau struktur-struktur kemasyarakatan sebagai fenomena-fenomena yang bersifat “emergent”. Disana individu-individu dalam interaksi tidak dilihat sebagai inti masalah teoritis, kecuali mungkin didlam kebahaviorisme social dari George Homuns. Terlepas opatan kelompok social dianlisa dari sudut konflik consensus, atau sintesa diantara keduannya, yang jelas perilaku individu biasanya dilewatkan begitu saja sebagai alat penggerakan roda structural yang tidak begitu penting.
Didalam sosiologi naturalitis individu dilihat sebagai actor yang melakukan tindakan-tindakan semata-mata sebagia tanggapan langsug terhadap rangsangan-rangsangan social yang melembaga. Sesuai dengan gambaran manusia yang determinitasis maka isu tentang penasfsiran atau makna yang diberikan pada interaksi social dilewatkan begitu saja sesuai dengan modal naturalistis. Dalam sebagian besar teori itu hanya terdapat sedikit bukti (dengan teori pertukaran sebagai kemungkinan pengecualian bahwa proses pembentukkan dipandang sebagi bagian dari interaksi manusia).
Teori-teori social psikologis humanistis mencoba mengeser penenkanan dari hasil ke proses dinamis para partisipan dlaam interaksi, yang pada akhirnya menciptakan hasil itu. Ia lebih memberi tekanan pada actor-aktor dari pada struktur social.
Erving goffan sebaliknya, sering digelongkan kedalam ahli teori yang sangat memperhatikkan analisasi interaksi manuisia, tetapi kritik-kritiknya melihat karya-karyanya sendiri sebaai terlalu menekankan bahwa yang tindakan manusia ialah situasi-situasi yang memiliki struktur.
Goffman bukan memusatkan perhatiannya pada struktur social. Dia lebih tertarik pada interaksi tatap muka atau kehadiran bersama (EQ-Presence). Interaksi tatap muka itu dibatasinya sebagai individu-individu yang saling mempengaruhi tindakan-tindakan mereka satu sama lain ketika masing-masing berhadapan secara fisik” biasanya terdapat suatu arena kegiatan yang terdiri dari serangkaian tindakan individu itu. Dalam suatu situasi social, seluruh kegiatan dari partisipan tertentu disebut sebagai suatu penampilan (performance), sedang orang-orang .lain yang didalam situasi itu disebut sebagai pengamat atau partisipan lainnya.para actor adalah mereka yang melakukan tindakan-tindakan atau penampilan rutin (routine), Goffman (1959)16). Membatasi routine sebagia “pada”tindakan yang telah ditetakan sebelumnya, terungkap disaat melakukan pertunjukkan dan yang juga bisa dilakukan atau diungkapkan dalam kesempatan lain. Didalam membahas pertunjukkan itu. Goffman menyaksikan bahwa individu dapat menyajikan suatu pertunjukkan (show) bagian orang lain, tetapi kesaan (im Pression) si pelaku terhadap pertunjukkan ini bisa berbeda-beda. Seorang bisa merasa sangat yakin akan tindakan yang diperlihatkannya, atau bisa pula bersikap sinis terhadap pertunjukkan itu, disini contoh nyatanya seorang ustadz yang namanya pak munif ini, didalam kehidupannya yang berfosi sebagai da’I ini harus berhati-hati dan kadang dituntut untuk menjelaskan suatu maslah atau dalil oleh mad’unya dan harus pandai-pandai memahami mad’u dan kondisi lapangan atau kenyataan, tetapi disisi lain pak munif ini harus berinteraksi dengan keluarganya sendiri atau pun tetangganya, ini gambaran tentang panggung depan dari dramartugi.
Adapun panggung belakangnya adalah walaupun ia diluar sebagai seorang da’I yang disegani masyarakat tetapi dikehidupan nyatanya ia mempunyai anak dan isteri dan mendapat ujian dalam hal prilaku anaknya yang menyimpang dalam hatinya menangis karena dianggap sebagai orang yang berpandangan tetapi telah gagal dalam hal mendidik puteranya sendiri, tetapi harus percaya diri apabila saat memberikan ceramah didepan mad’unya seolah-olah tidak ada masalah dalam keluarganya. Sehingga beban dalam hatinya bertambah walaupun kadang disejumlah dakwahnya paramad’unya ada yang mengetahui tentang keluarganya dan sekali menyakinkan langsung kepada pak ustadznya langsung, tetapi bagaimanapun sisi belakangnya adalah pak ustadz hanyalah mausia biasa yang kebetulan memperoleh ilmu yang lebih hingga diamalkan oleh semua orang, sehingga disegani masyarakat. Sisilainnya pak ustadz juga sama seperti lainnya yang mempunyai kehidupan dalam berumah tangga seperti yang lainnya, tetapi karena beliau termasuk yang disegani oleh masyarakat, sehingga mau tidak mau kehidupan keluarganya turut disorort oleh masyarakat khususnya mad’unya. Sehingga mau tidak mau sisi depan dan belakang seorang ustadz munif selalu disorot oleh mad’unya.5
Sedangkan menurut goffman langkah-langkah bertahan adalah kesetian dramaturgi  semacam kewajiban moral untuk mendiamkan pelaksanaan mereka disiplin dramaturgi (termasuk tetap berpegang pada bagiannya dan tidak terpengaruh oleh petunjuk sendiri), dan kewaspadaan dramartugi (penggunaan metode yang tepat untuk menyajikan pertunjukan itu telah ditentukkan sebelumnya) kesetian disiplin dan kewaspadaan adalah merupakan tiga atribut esensial bagi keberhasilan tim melaksanakan pertunjukkannya.
5Elisanti,rustini tintin, soiologi, indrad jaya, Jakarta, 2007 hal 91

Menurut Goffman dalam bukunya yag berjudul the presentation of self. Dalam buu encounters : two studies ofinteraction. Melajutkan minatnya dalam menjelaskan interaksi tatap muka dalam dramaturgi khusus mengenai bagaimana orang mengendalikan kesan yang dierikan ketika berinteraksi dengan orang lain dan lebih memusatkan perhatiannya ada interaksi tatap muka ketika secara efektif orang setuju memelihara satu-satunya focus perhatian yang bersifat kognitif dan uisual, dalam menganalisa beberapa situasi, Goffman masih menggunakan kerangka dramarturginya dengan individu yang mahir memainkan peranan yang sebagai ditentukan oleh dan merupakan reaksi terhadap berbagai habatan struktual. Individual secara kreatif mengendalikan kesan sendiri (self) yang kesenjangan peranan (role distance) merupakan salah satu ilustrusi, kesenjangan peranan yang dimaksud ialah contoh pemisahan yang jelas antara individu dengan perananya”contohnya dalam hal ini adlah seorang ustadz laki-laki yang sudah berumah tangga akan menunjukkan jarak jauh berbeda dari peranannya sebagai suami beliau hanya sebagai ayah dan kepala rumah tangga. Seorang suami beliau hanya sebagai ayah an kepala rumah tangga.
Seorang suami dan ayah dari  anak yang masih kecil-kecil akam memperagakan peranan yang berbeda dari peranan seorang suami pada umumnya (sebagai akibat dari keterlibatannya yang lebih dekat dengan peranan sebagai ayahJ karena ia dituntut untuk menjadi tokoh atau orang yang disegani masyarakat dan dituntut untuk menjadi kepala rumah tangga yang baik baik yang bisa mengatur anak dan iterinya.6
6http//arumpusparini.blogspot.com/201wednesday,Desember 5, 2014 at 09 :26  

Pandangan dunia social yang diketengahkan dramaturgi benar-benar sebagai suatu system trtutup “suatu estabilishment social ialah setiap tempat yang dilingkupi oleh rintangan-rintangan yang kukuh bagi persepsi dimana jenis kegiatan tertentu terjadi secaa teratur “Goffma ternyata kurang memperhatikan struktual social itu sendiri dari pada cara-cara subyektif dimana pada actor mengorganisir pengalaman mereka, inilah sebuah teori social yang berada diatas episode dan melihat kehidupan hanya karena ia hidup alam lingkaran interpersonal yang sempit,  historis dan nonsituasional suatu eksistensi yang melampui sejarah dan masyarakt dan yang hidup hanya dalam waktu “sesaat” sementara dan rapuh. Berbeda dengan persons yang melihat masyarakat sebagai sebuah beda karet yang padat dan Kenya;. Sehingga tetap dapat dipakai walupun bentuknya sedah tidak mulus yang semula, gambaran kehidupan social dari goffman bukan sebagai struktur social yang kukuh dan tegar, tetapi sebagia suatu yang terlantar berselang-selangseperti cat-walk. Yang bergoyang keras, dimana manusia harus berlari dengan cepat. Dlam pandangan ini manusia merupakn actor-aktor acrobat dan pemain yang entah bagaimana, terlepas  dari struktur social dan peran-peranan yang secara kutural telah ditentukan, mereka tidak benar-benar dianggap sebagai produk system individu yang “menggerakan system: untuk peningkatan dalam permaslahan kasus ini cara penyelesaianya adalah degan mendekati secara pesuasif sang anak pak ustadznya secara langsung apa yang dia mau seperti apa, apabila masih sesuai norma dan wajar agar tidak terpengaruh oleh factor lain seperti teman bermain karena pada dasarnya menyimpang karena factor teman. Kalau disisi ayahnya sendiri harus lebih sadr dalam menghadapi anaknya. Walaupun sercaan datang menghampiri tetap harus sabr dan kembalikan pada allah swt.
Gambaran yang bisa ditarik dari kejadian tersebut adalah bahwa manusia didalam kehidupan kesehariannya seperti teori konflik yang setiap insane mempunyai maslah, dengan orang lain atau dengan dirinya sendiri. Dalam kejadian ini konflik dapat juga dimasukkan dalam teori dramartugi yang intinya kehidupan sehari-hari seperti drama yang dipentaskan. Dimana ada panggung depan dan panggung belakang dimana panggung depannya adalah seorang ustadz yang dikagumi disegani masyarakat dan mad’unya, ataupun sisi belakangnya adalah kehidupan nyata dalam keluarganya yang menjadi kepala keluarga dan ayah dari anaknya yang kebetulan mempunyai perilaku menyimpang.
Dalam hal ini dimana tindakan yang dilakukan bisa saja tidak sama dan bahkan jauh berbeda. Semua orang didlaam struktur social akan terkena prinsip dramaturgi termsuk da’I kyai, ustadz, guru an rakyat. Kalau kita perhatikan diri kita itu dihadapan pada tuntutan yang maksimal tiak ragu-ragu melakukan apa yang dihadapkan diri kita, untuk memelihara citra diri yang stabil dihadapan khalayak umum.




















    
Daftar pustaka

Aisyah siti, pendidikan anak yang sesua dengan perkembangan, universitas terbuka, Jakarta 2013
Coser lewis A, the functions of social conflict, the free press, new York, 1956
Elisanti,rustini tintin, soiologi, indrad jaya, Jakarta, 2007
http//arumpusparini.blogspot.com/201wednesday,Desember 5, 2014 at og :26
Margaretm.poloma,sosiologi kontomporer.raja grafindo persada,Jakarta,2005
Sudarmisri, sosiologi, pusat perbukuan dapertemen pendidikan nasional, Surakarta 2009

0 komentar:

Posting Komentar