Kamis, 14 November 2013

PSIKOLOGI UMUM ; GEJALA GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU



BAB II
PEMBAHASAN
1.1 DSM ( Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder)
Untuk memudahkan para psikiater dan psikolog klinis dalam mendiagnosis pasien maka sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikiatri dan psikologi klinis mendasarkan diri pada penelitian empiris. Berdasarkan penelitian berpuluh tahun dan melibatkan ribuan pasien, disusunlah buku pedoman yang dijadikan rujukan oleh semua dokter spesialis jiwa dan psikolog klinis di seluruh dunia. Buku rujukan itu dikenal dengan sebutan DSM IV ( Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) , yang saat ini sudah masuk ke versi ke empat. Versi pertama dipublikasikan pada 1952. Versi IV pertama kali dipublikasikan tahun 1974, dan edisi terakhir dipublikasikan pada 1994, direvisi ulang pada 2002.
Penggolongan diagnosis psikiatri dalam DSM IV dibuat dalam beberapa poros yang bertingkat ( axes ), tergantung pada aspek-aspek yang terganggu atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya;
·         Axis I (Poros I) ; gangguan klinis, termasuk gangguan-gangguan utama dan gangguan dalam perkembangan jiwa dan gangguan belajar.
·         Axis II (Poros II) ;gangguan mengenai kondisi kepribadian, maupun keterbelakangan mental.
·         Axis III ( Poros III) ; kondisi medis dan gangguan fisik yang akut.
 Poros I
1.    Depression ( Depresi)
      Penyebab depresi sangat bermacam-macam. Faktor psikologis yang bisa menyebabkan depresi antara lain adalah adanya harapan yang tidak terpenuhi, seperti putus cinta, tidak diterima di perguruan tinggi faforit, atau masalah perkawinan. Hal lain yang menyebabkan depresi adalah keadaan fisik, misalnya harus dirawat di Rumah sakit atau rasa sakit yang tidak sembuh-sembuh. Depresi karena sebab-sebab fisik atau medis biasanya tidak didiagnosis sebagai depresi, oleh karena itu, kadang-kadang dokter perlu melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan apakah gejala depresi itu murni ataukah faktor medis yang lain.
      Jika depresi itu murnipun tidak selalu memerlukan perawatan. Depresi yang hanya sekali atau sekali-kali terjadi, apalagi yang sebentar dan ringan, sama sekali tidak perlu dirawat. Depresi yang memerlukan penanganan psikiater atau psikolog klinis adalah yang berlangsung relatif lama dan berat sehingga mengganggu kehidupan sosial orang yang bersangkutan, termasuk mengganggu pekerjaan, pelajaran atau pergaulan. Dalam hal ini biasanya dilakukan psikoterapi dan memberikan obat antidepresant.
2.    Anxiety disorders ( gangguan kecemasan)
      Anxiety atau cemas, adalah takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya. Kalau masih sekadar khawatir, masih tergolong takut yang rasinal, tetapi kalau khawatir itu sudah disertai dengan tanda-tanda atau gangguan fisik dan emosi yang intensif, seperti keluar keringat dingin, jantung berdebar-debar, sakit kepala, tidak bisa tidur, gelisah dan sebagainya, maka kekhawatiran itu sudah bisa digolongkan pada kecemasan.
      Jenis- jenis kecemasan antara lain adalah generalized anxiety disorders atau kecemasan umum, yang terdapat pada perempuan dua kali lebih banyak daripada laki-laki. Jenis ini tidak fokus pada situasi atau objek tertentu, tidak spesifik atau mengambang. Orang yang bersangkutan bisa bilang bahwa dia cemas, takut, tetapi tidak bisa menyebutkan apa yang dicemaskannya dan mengapa dia cemas. Yang jelas, dia tidak bisa mengontrol emosi takutnya dan reaksi takut pada tubuhnya ( otot-otot tegang, jantung berdebar, sakit kepala, tidak bisa tidur dan sebagainya.[1]
      Panic disorders atau panik, yaitu perasaan teror yang intens, gemetar, bingung, mau muntah, sesak napas, dan merasa dunia akan kiamat. Walaupun bisa muncul begitu saja, rasa panik ini biasanya timbul karena suatu peristiwa yang menakutkan, stress yang berkelanjutan, atau setelah latihan olahraga. Reaksi fisik yang intens bisa terjadi selama sepuluh menit atau kurang, tetapi dampaknya bisa berjam-jam sesudahnya. Mereka yang mendapat serangan panik sehabis berolahraga mengira dirinya mendapat serangan jantung, dan dilarikan ke unit gawat darurat, namun setelah diperiksa ternyata dia sehat-sehat saja
      Berikutnya adalah social anxiety disorder atau disebut juga fobia sosial. Orang yang bersangkutan merasa bahwa dirinya selalu dinilai jelek oleh orang lain. Termasuk dalam golongan ini adalah “ Demam panggung”, yaitu orang yang takut untuk tampil di depan umum ( berkeringat dingin dan gemetar setiap kali harus membacakan laporan di depan rapat, atau untuk menerangkan PR-nya di depan kelas).
3.    Bipolar disorder (emosi yang berubah-ubah dari positif ke negatif dan sebaliknya)
      Gangguan ini disebut bipolar ( dua kutub) karena emosi itu bergerak bolak-balik dari satu kutub emosi yang ekstrem ( manis) seperti riang gembira, euphoria, senang, dan sebagainya ke kutub lainnya ( depresif), seperti murung, sedih, dan sebagainya. Masa perubahan antara kedua kutub bisa diisi dengan emosi yang netral, tetapi bisa juga perubahannya begitu cepat sehingga tidak sempat diselingi emosi netral( siklus cepat). Dalam beberapa kasus, dorongan emosi ini begitu kuat sehingga timbul delusi ( merasa dirinya menjadi sesuatu) dan halusinasi ( seakan-akan mendengar atau melihat sesuatu), dua gejala yang umumnya terjadi pada gangguan jenis skizofrenia. Yang menarik adalah terdapat individu-individu yang kreatif menderita gangguan ini.[2]
4.    ADHD ( Attention- Deficit Hyperactivity Disorder, Hiperaktif tetapi Kurang Konsentrasi)
      Gangguan mental yang satu ini sepenuhnya disebabkan oleh gangguan dalam perkembangan syaraf. Umumnya terjadi sejak masa kanak-kanak ( dibawah usia 18 tahun) dan banyak yang menetap sampai dewasa. Ciri ADHD adalah terus menerus tidak dapat 5ememfokuskan perhatian pada satu hal ( misalnya, menonton TV tidak bisa lebih dari 1-2 menit, sudah pindah ke hal lain, sibuk sebentar, sudah pindah lagi dan seterusnya), hiperaktif( pada anak bisa melompat-lompat, memanjat, berlari-larian, dan sebagainya), mudah lupa dan tidak bisa mengendalikan impuls-impulsnya sendiri. Kondisi ini jelas melelahkan bagi orang disekitarnya, orang tua dan guru khususnya.[3]
5.    Autism
      Seperti halnya ADHD, autism adalah gangguan mental karena kelainan neurologis, yaitu ada gangguan di otak atau sistem syarafnya. Berbeda dari ADHD yang tidak bisa berkonsentrasi, anak autis justru bisa berjam-jam sibuk dengan aktivitasnya sendiri yang itu-itu juga, seperti memutar-mutar bola terus-menerus, atau menyusun kaleng minuman, atau menderetkan boneka dan sebagainya. Biasanya, autism sudah terlihat sejak anak berumur 2-3 tahun. Tanda-tanda lain selain selain gerakan-gerakan yang berulang-ulang ( repetitive behavior), adalah tidak ada kontak mata dengan orang lain ( impairments in social interaction), dan kalau dipanggil tidak menyahut ( impairments in communication). Dampaknya adalah bahwa seorang autis bisa tidak peduli sama sekali dengan kejadian di sekitarnya sehingga ia bisa melakukan sesuatu tanpa memedulikan bahaya sama sekali ( misalnya menyeberang jalan yang padat lalu lintas tanpa menengok kanan dan kiri dulu). Disisi lain, seorang autis bisa mempunyai bakat yang luar biasa, yaitu yang biasa disebut autis savant.
6.    Phobias/ fobia ( rasa takut yang tidak beralasan)
      Fobia berasal dari kata yunani “ phobos”, yang berarti “ takut”. Takut dalam fobia adalah tidak rasional, menetap dan sangat intens ( ditandai dengan gejala fisik seperti sesak napas, keringat dingin, menjerit histeris, dan sebagainya) yang ditujukan kepada situasi, benda, kegiatan atau orang tertentu. Sepanjang hal yang ditakuti tidak ada, maka orang tersebut bisa-biasa saja. Dengan perkataan lain, penderita fobia masih bisa mengontrol ketakutannya dengan cara menghindari objek yang ditakutinya tersebut, maka diagnosis yang lebih tepat adalah gangguan kecemasan.
7.    Schizophrenia/ Skizofrenia
      Schizophrenia adalah suatu diagnosis gangguan mental yang ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ekspresi dari realitas. Yang paling sering adalah halusinasi auditif ( seakan-akan mendengar suara atau ada yang mengajak bercakap-cakap), delusi paranoid ( curiga), atau delusi lain yang tidak jelas,misalnya pola pikir atau bicara yang kacau ( meloncat-loncat, tidak saling berhubungan dan lain-lain). Penyebab schizophrenia belum jelas, bisa karena faktor keturunan, bisa karena gangguan syaraf, maupun faktor psikososial. Oleh karena itu, teknik pengobatannya masih diperdebatkan terus oleh para dokter. Sejauh ini yang dapat diupayakan dokter adalah meminimalkan gejala yang bisa membahayakan orang lain atau diri penderita sendiri, misalnya memberi obat penenang jika penderita terlalu gelisah, atau bahkan ada kemungkinan mengamuk. Dalam kasus-kasus yang serius diperlukan rawat- inap di rumah sakit.
Poros II
1.    Dissociative Identity Disorder
      DID atau yang lebih dikenal dengan istilah Split personality atau Multiple personality ( kepribadian ganda), cirinya adalah adanya minimal dua identitas atau kepribadian yang berbeda yang mengendalikan perilaku orang yang bersangkutan. Kepribadian-kepribadian itu mempersepsi, menilai, dan bereaksi terhadap lingkungan dengan cara yang berbeda, dan ketika yang satu sedang memegang kendali, kepribadian-kepribadian yang lain tidak tahu menahu. Dengan demikian, terjadi gejala yang khas pada pasien-pasien DID, yaitu tidak ingat apa yang sudah dilakukannya. Gejala lupa ini bukan karena pengaruh obat-obatan, benturan di kepala, usia tua atau penyebab medis yang lain, melainkan karena ada pergantian kendali pada jiwa penderita. Misalnya, kasus DID yang paling populer karena diterbitkan sebagai buku, adalah kasus William stanley milligan yang biasa dipanggil Billy. Pada akhir 1970-an, Billy ditangkap polisi karena beberapa kasus perampokan dan perkosaan di kampus. Ternyata, para pengacaranya melihat tanda-tanda DID. Setelah meminta visum dokter, Billy dirawat di RS jiwa milik pemerintah Athenus Lunatic Asylum. Di RS itu ia didiagnosis dengan 24 kepribadian, dan dirawat lebih lanjut. Ia harus menjalani terapi selama 10 tahun sebelum bisa berfungsi sebagai manusia normal. Sekarang Billy tinggal di California, mempunyai production house, membuat film tentang dirinya sendiri dan menerbitkan buku yang menceritakan otobiografinya.
 Poros III
1.    Paranoia
Dalam dunia psikologi, istilah paranoia ini mempunyai arti yang baku, yaitu gangguan dalam proses berpikir yang ditandai dengan kecemasan atau ketakutan yang berlebihan sehingga mencapai tingkat yang tidak masuk akal dan disertai delusi. Ciri khas orang yang paranoid ( paranoid adalah kata sifat dari paranoia) adalah selalu merasa ada ancaman. Contoh, ketika melihat orang lain sedang saling mengobrol, si paranoid mengira bahwa kedua orang itu sedang membicarakan sesuatu rencana untuk membunuhnya. Dalam tahap yang berat seorang paranoid tidak berani keluar rumah, bahkan lebih senang mengunci diri di kamar saja.
2.    Psikopat
      Psikopat adalah istilah yang digunakan untuk orang-orang yang secara kronik ( terus-menerus) menunjukkan perilaku immoral dan anti sosial. Oleh karena itu, kadang-kadang digunakan juga istilah “ sosiopat”. Biasanya psikopat tahu bahwa perilakunya memalukan atau merusak atau merugikan orang lain, tetapi dia tidak peduli, atau tidak dapat menahan diri untuk tidak melakukannya. Perilaku psikopat biasanya menyangkut perilaku agresif, kriminal, atau seksual, tetapi ada juga yang hanya terkait perilaku sosial. Misalnya, bolak-balik meminjam uang tetangga atau teman tetapi tidak pernah dikembalikan sehingga keluarganya berkali-kali harus mengumpulkan dana untuk mengembalikan utang-utang itu, sementara yang bersangkutan terus saja berutang lagi tanpa rasa bersalah.
3.    Narkoba
Istilah narkoba merupakan singkatan dari kata-kata “ Narkotika” dan “ obat-obat berbahaya”. Dalam ilmu kedokteran narkotika dan obat-obat berbahaya justru sering digunakan untuk tujuan pengobatan. Karena itu, yang berbahaya bukan narkoba itu sendiri, melainkan penyalahgunaan narkoba untuk tujuan-tujuan lain diluar tujuan kedokteran. Adapun berbagai jenis narkoba yaitu sebagai berikut;
a)   Heroin
v  Dampaknya;
*      Detak jantung lemah dan sesak napas
*      Kerusakan paru-paru, ginjal, dan hati
*      Sulit buang air besar
*      Sulit konsentrasi
v  Gejala   ;
*      Sulit tidur
*      Mata dan hidung berair
*      Mudah marah dan gelisah
*      Menggigil dan berkeringat
*      Diare dan muntah
b)   Ketamine
v  Dampaknya;
*      Sulit menggerakkan anggota tubuh, gangguan persepsi, pendengaran, penglihatan, penciuman, sentuhan, dan rasa
*      Berhalusinasi
v  Gejala   ;
*      Sulit tidur
*      Depresi, mudah marah, dan tersinggung
*      Sering menguap
 C) Ekstasi
v  Dampaknya ;
*      Kerusakan ginjal, hati,dan otak
*      Kehilangan ingatan dalam jangka waktu yang lama
*      Menggigil, berkeringat, dan muntah
*      Tidak mampu untuk berfikir, melihat, dan menyelaraskan fungsi tubuh
v  Gejalanya  ;
*      Rasa cemas berlebihan
*      Depresi dan paranoid
*      Kehilangan sensitivitas, akal sehat, dan kesadaran
D) Shabu
v  Dampaknya  ;
*      Gangguan fungsi hati, ginjal, dan urat syaraf
*      Perilaku abnormal dan mudah tersinggung
*      Berkhayal dan berhalusinasi
*      Mudah cemas dan marah
v  Gejalanya  ;
*      Senantiasa merasa lapar
*      Cemas, depresi, dan marah
*      Susah tidur
E) Kokain 
v  Dampaknya   ;
*      Memicu serangan jantung, stroke, dan, gagal ginjal
*      Perilaku agresif
*      Gemetar berlebihan
*      Pandangan kabur, dan halusinasi
v  Gejalanya  ;
*      Mudah marah, depresi, cemas, dan gelisah
*      Kehilangan gairah untuk melakukan sesuatu
Dampak psikologis akibat penyalahgunaaan narkoba yaitu sebagai berikut;
§      Emosi yang tidak terkendali
§      Kecenderungan untuk selalu berbohong
§      Tidak memiliki tanggung jawab
§      Hubungan dengan keluarga, guru, dan teman terganggu
§      Cenderung menghindari kontak komunikasi dengan orang lain
§      Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan
§      Tidak peduli dengan nilai atau norma yang ada. Cenderung melakukan tindak pidana, seperti kekerasan, pencurian, dan mengganggu ketertiban umum.
4.  Gangguan seksual
      Gangguan seksual ada dua macam. Pertama adalah gangguan fungsi seksual ( sexual disfunction), dan kedua adalah kelainan seksual. Gangguan fungsi seksual adalah gangguan yang terjadi dalam tahap tertentu dari siklus seksual seseorang. Misalnya, timbul rasa ragu, takut, sakit,atau merasa mual atau jijik sehingga orang yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan fungsi seksual tertentu dengan sempurna. Sedangkan kelainan seksual ( sexual disorder) atau disebut juga paraphilia adalah jika cara atau objek dalam perilaku seksual seseorang tidal lazim secara alamiah dan sosial. Misalnya antara lain, paedophilia ( menyukai anak-anak dibawah umur), sadisme (perlu menyakiti pasangannya sebelum berhubungan seks), masochisme ( disakiti dulu sebelum berhubungan seks), voyeurism ( kepuasan seks melalui mengintip), fetisism ( kepuasan seks melalui pakaian dalam atau aksesoris perempuan), dan exhibitionism ( mempertotonkan alat kelamin di tempat umum kepada para wanita).
1.2 Gangguan perilaku
a.    Homoseksual/ lesbian
      Homoseksual atau lesbian adalah seseorang yang mencintai individu lain yang sama jenis baik laki-laki sama laki-laki begitu juga perempuan sama perempuan. Penyebab seseorang menjadi homoseksual atau lesbian adalah keluarga yang tidak harmonis, sering menyaksikan pertengkaran orang tua, pernah menyaksikan atau menjadi korban penyimpangan seksual.
b.    Alkoholisme
      Gejala pada alkoholic yaitu keinginan untuk alkohol, ketidakmampuan mengontrol atas penggunaan alkohol. Alcoholic sering terus mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar. Alkoholisme adalah bentuk yang paling serius penyalahgunaan alkohol. Beberapa macam pengobatan pada orang yang sering minum alkohol tanpa kendali yaitu, detoksifikasi, konseling, dan psikoterapi.
c.    Anorexia nervosa
Adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan tidak ada nafsu makan sama sekali dan pola diet yang berlebihan. Seseorang yang menderita anoreksia disebut anoreksik. Penderita anorekxia makan dalam jumlah sangat sedikit dan berolahraga berlebihan untuk menjaga berat badan
d.    Bulimia nervosa
Adalah hampir sama dengan anorexia, yaitu gangguan perilaku dalam pola makan. Bedanya, orang yang mengalami bulimia nervosa makan sebanyak-banyaknya, karena takut kegemukan ia memuntahkan kembali makanan yang baru ditelannya. Gejala lain selain memuntahkan kembali adalah merasa tidak bisa mengendalikan kebiasaan makan,dan merasa tidak puas dengan bentuk dan berat badan. Penyebab pasti bulimia tidak diketahui.
e.        e.Obesitas
      Obesitas adalah keadaan dimana tubuh mengalami penimbunan lemak berlebihan sehingga mengalami kelebihan berat badan. Beberapa pemicu penyakit obesitas yaitu pola hidup yang tidak sehat, faktor psikis atau pikiran mempengaruhi kebiasaan makan misalnya reaksi terhadap emosi bisa saja dilampiaskan pada kebiasaan makan banyak.

f.        Bunuh diri

      Bunuh diri ialah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar dan berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Berbagai macam motif bunuh diri yaitu dilanda keputusasaan dan depresi, cobaan hidup dan tekanan lingkungan, gila, himpitan ekonomi dan kemiskinan. Orang yang ingin bunuh diri memiliki akal pikiran yang sempit, hilangnya harapan hidup, dan dia tidak sadar bahwa ia juga membutuhkan orang lain untuk  membantu menyelesaikan masalah.
 BAB III
PENUTUP
 3.1 Kesimpulan
      Kesimpulan adalah gangguan perilaku dan gangguan mental merupakan psikologi yang apabila dilihat dari ruang lingkupnya, kedua hal tersebut merupakan psikologi khusus yang mana psikologi khusus menyelidiki tentang segala perilaku manusia diluar pada masyarakat umumnya.
 3.2 Saran
      Sangat penting bagi kita untuk mengetahui gejala perilaku pada individu baik itu menyangkut gangguan mental dan gangguan perilaku. Dengan begitu, bila ada kerabat baik itu saudara atau teman yang perilakunya sama dengan gejala yang diuraikan maka nasihatilah ia supaya memeriksakan dirinya ke dokter psikolog.
 DAFTAR PUSTAKA
      Lumongga lubis, Namora, Depresi tinjauan psikologis, Kencana, Jakarta; 2009
      Sarwono, W Sarlito , Pengantar psikologi umum , Rajawali pers, Jakarta; 2009
      BNN, “ Kenali gejala pemakai narkoba”. Majalah sinar, Maret, 2011


[1] ( Feldman, 2003; Garret, 2003)
[2]( Feldman, 2003)
[3] ( Feldman, 2003)

0 komentar:

Posting Komentar